Oleh: Dr. Muhamad Basyrul Muvid, M.Pd*
Tasawuf sebagai ilmu ruhani yang fokus pada pembersihan jiwa dan pembinaan moral mulia (akhlak terpuji) yang dapat memberikan dampak positif terhadap pola kehidupan masyarakat. Tasawuf memperkenalkan sistem jalan ruhani yang bisa ditempuh dengan mudah oleh setiap elemen manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Namun, sisi tasawuf seringkali dipahami sebagai ilmu pasif yang membimbing manusia ke arah pesimistis, ekslusivistik, dan jumud. Padahal secara konsep dan praktik tidak demikian, tasawuf tetap mendorong manusia untuk bisa maju, beradab dan mandiri tanpa menjadikan dunia sebagai istana secara permanen, tasawuf mendidik manusia untuk menjadikan dunia hanya tempat beramal, berbuat kebaikan dan mencinta sesama.
Tasawuf wasathiyah menjadi konsep tasawuf yang secara spesifik memberikan edukasi bahwa keseimbangan menjadi kata kunci untuk bisa meraih fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah (dunia dan akhirat bahagia). Keseimbangan sesuai dengan visi misi Islam yang tidak berat sebelah.
Artinya, ketika manusia menempuh perjalanan ruhani secara seimbang maka kehidupannya dapat berjalan dengan baik tanpa harus dominan kepada salah satu tujuan (dunia maupun akhirat).
Kesimbangan ini dapat menuntun kepada paradigma atau sikap moderat yang mampu melihat variasi warna dalam kehidupan mulai keberagaman agama, ras, suku, bahasa, budaya, warna dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.
Tasawuf wasathiyah membantu manusia untuk berpikir bahwa alam dunia ini diciptakan dengan segala warna sebagai bentuk sunnatullah, untuk dihargai dan dapat hidup secara berdampingan tanpa merasa paling suci, benar dan lain sejenisnya.
Tasawuf wasathiyah berkomitmen untuk bagaimana ekosistem kehidupan manusia tetap berjalan secara harmonis, damai dan penuh dengan ketenangan. Moderasi beragama lahir dari batin yang suci yang mampu memahami eksistensi kehidupan dan esensi dari penciptaan yang telah Allah takdirkan. Moderasi beragama menjadi tema yang akhir-akhir ini trend untuk disebarluaskan dan dikaji dari berbagai aspek, sebagai langkah menangkal paham ekstrem yang masih ada sampai sekarang.
Tasawuf wasathiyah memberikan jalan untuk pembentukan sikap moderasi beragama melalui tahapan penyucian jiwa (takhalli, tahalli, dan tajalli), perenungan (tafakkur dan dzikir), evaluasi diri (muhasabah), meditasi (mujahadah, khalwat, ‘uzlah), dan senantiasa berakhlak sebagaimana akhlaknya Allah (takhallaq bil akhlaqillah), dari tahapan-tahapan tersebut manusia bisa mengilhami eksistensi dan esensi daripada kehidupan yang ad aini, bahwa memang kita ditakdirkan untuk hidup berdampingan meskipun berbeda.
Perbedaan sebuah keputusan Allah yang harus kita terima termasuk perbedaan keyakinan (QS. Al-Kafirun ayat 6), namun secara tanggungjawab kita harus menghargai dan tetap berbuat baik (QS. Al-Mumtahanah ayat 8-9), urusan akidah biarlah Allah yang menjadi hakim-nya, tanpa kita ikut-ikutan mengklaim kita yang layak ke surga-Nya Allah, karena sebagai manusia kita mempunyai tanggungjawab sosial untuk mengontrol bagaimana suasana kehidupan tetap berjalan dengan harmonis dan damai, itulah tujuan tasawuf mendidik manusia untuk bagaimana mereka bisa mencintai apa yang Allah ciptakan meskipun tidak sama dengannya.
Mudah-mudahan kita semua bisa memiliki jiwa moderat yang dapat menyuguhkan prilaku yang baik kepada siapapun tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
*) Dosen Universitas Dinamika Surabaya
Posting Komentar