KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Waspada Kasus Lumpy Skin Disease Menyerang Hewan Ternak Sapi di Kayong Utara

 

Kayong Utara, jurnalistiwa.com- Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi/kerbau merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang utamanya dapat menyerang hewan seperti sapi. Adapun penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi dan jika parah dapat menyebabkan kematian pada ternak. 

Virus Lumpy Skin Disease (LSD) termasuk kedalam genus Capripoxvirus yang ditularkan melalui atropoda terutama serangga penghisap darah seperti lalat, nyamuk dan caplak. Selain itu dapat juga disebabkan adanya kontaminasi pada pakan dan air minum serta penularan langsung melalui air liur dan melalui sekresi hidung.

Menurut salah satu Anggota Dinas Peternakan Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat Yudhi Sudarto, Penyakit ini menyebabkan timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular awalnya akan muncul bintik kecil kemudian mengeras setelah itu secara bertahap ukurannya bertambah serta berisi cairan dan kemudian pecah sehingga dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder.

Virus LSD dapat menyebabakan kerugian pada peternak yang signifikan karena dapat menurunkan berat badan ternak, produksi susu, bahkan menyebabkan kematian pada kasus yang parah. 

Yudhi menyatakan bahwa kasus LSD terdeteksi sudah masuk ke Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat yaitu di Seponti Jaya terdapat 10 kasus aktif bahkan 1 ekor sapi mati. Sehingga berdasarkan hal ini yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian vitamin bagi ternak  dan mempercepat pelaksanaan vaksinasi LSD.

Awalnya muncul bentol, demam dengan suhu badan 40 ℃ kemudian setelah 1 minggu pecah benjolannya serta tidak mau makan kemudian mati ujar yudhi saat berkunjung ke Kecamatan Seponti.

Peternak diharapkan berhati-hati dalam membeli hewan ternak baru, sebaiknya berkonsultasi kepada petugas kesehatan hewan setempat sebelum melakukan lalu lintaskan hewan ternak. Peternak juga di harapkan menjaga kebersihan sekitar kandang, memperhatikan asupan makan dan minum ternak serta kesehatannya. Petugas juga siap siaga melakukan pengawasan peredaran lalu lintas ternak sapi di wilayah Kayong Utara untuk meminimalisir penyebaran penyakit LSD, untuk mengurangi penularan penyakit LSD ini yang penyebarannya melalui vector seperti lalat dan nyamuk, disarankan kepada peternak untuk melakukan pengasapan di sekitar kandang.  

Upaya pencegahan sangat penting untuk menjaga kesehatan ternak dan menjaga stabilitas ekonomi peternak. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran LSD antara lain:

1.      Vaksinasi

Vaksinasi menjadi landasan utama dalam pencegahan LSD. Program ini perlu dilakukan terutama di wilayah yang berpotensi menjadi lokasi penyebaran penyakit.

2.      Kontrol Vektor

Serangga, khususnya serangga pemakan darah seperti nyamuk dan kutu, dapat berperan dalam menularkan penyakit LSD. Langkah-langkah pengendalian vector ini sangat penting untuk mengurangi resiko penularan. Penggunaan insektisida, pengelolaan limbah yang benar, dan menjaga kondisi kebersihan lingkungan hidup ternak dapat membantu mengendalikan serangga.

3.      Langkah-langkah Biosekuriti

Praktek biosekuriti sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit LSD di peternakan. Hal ini termasuk pembatasan pergerakan hewan, manusia, dan peralatan. Penerapan biosekuriti mencakup meminimalisir akses ke peternakan, isolasi hewan sebelum dimasukkan ke dalam kelompok utama, dan penerapan protokol kebersihan yang ketat.

4.      Prosedur Karantina

Karantina merupakan komponen penting dalam biosekuriti, terutama ketika memasukkan hewan baru ke dalam suatu kawanan. Selama masa karantina, hewan diamati untuk mengetahui tanda-tanda penyakit dan tes diagnostik dapat dilakukan untuk memastikan tidak adanya ternak yang membawa virus LSD.

5.     Pengawasan oleh Dokter Hewan

Deteksi dini penyakit LSD dilakukan untuk pengendalian yang tepat waktu. Surveilans veteriner melibatkan pemantauan rutin terhadap populasi ternak untuk mengetahui tanda-tanda penyakit. Peternak perlu dilatih untuk lebih jeli mengenali tanda-tanda klinis yang terjadi pada ternak mereka. Di lain sisi, dokter hewan memainkan peran penting dalam melakukan kegiatan surveilans, melaporkan kasus yang dicurigai, serta mengkoordinasikan upaya pengendalian penyakit baik dengan peternak, kolega, maupun dinas peternakan terkait.

Kesimpulannya, mencegah penyakit LSD memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup vaksinasi, tindakan biosekuriti, pengendalian vektor, prosedur karantina, pengawasan dokter hewan, dan kerjasama antara pihak terkait. Dengan menerapkan strategi ini, peternak dan otoritas veteriner dapat bekerjasama untuk meminimalkan dampak penyakit LSD terhadap populasi ternak dan industri peternakan secara keseluruhan.. Program pendidikan dan kesadaran juga penting untuk memastikan bahwa peternak memiliki pengetahuan dan sumber daya untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara efektif di peternakan mereka.(*)

Penulis : 

Dr. Drh. Aulia Evi Susanti, M.Sc

Yudhi Sudarto, S.Pt, M.Si

Monasdir, S,Pt, M.Si

Posting Komentar

Posting Komentar