KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Kisah Mariah: Perempuan Hina | Resume Buku Terusir Karya Buya Hamka


Oleh: Isa Saburai

Nama Penulis: Buya Hamka
Judul Karya: Terusir
Penerbit: Gema Insani

Perempuan adalah manusia yang sangat lembut dan mudah patah hati. Ia bisa menjadi bidadari dan bisa juga menjadi hina, semua itu terjadi dari lingkungan yang menghargainya atau tidak. Banyak perempuan-perempuan berbudi baik, tetapi karena keadaan menolak ia baik sehingga bisa runtuh dan pupus budi pekertinya.
Itulah gambaran besar dari novel Terusir karya Buya Hamka dengan tebal 142 halaman. 

Mariah adalah tokoh utama di novel ini. Ia merupakan perempuan yang baik-baik dan berasal dari keluarga yang mengusung budi pekerti. Namun, semua itu hilang bermula dari Mariah diusir oleh Azhar, suaminya.
Ia dituduh berbuat zina dengan orang lain, padahal hal itu tidak benar. Seperti pepatah mengatakan, “Nasi sudah menjadi bubur.” Ketika Mariah sudah pergi meninggalkan rumah dengan diusir tidak hormat dan terbukti tidak bersalah. 

Paling menyakitkan lagi, ia sama sekali tidak boleh membawa anaknya, Sofyan. Jangankan membawa, mencium anaknya saja tidak dibolehkan.

Bagaimana perasaan seseorang yang dituduh berzina, padahal itu semua tipu muslihat dari keluarga Azhar karena tidak suka dengan Mariah si perempuan miskin. Azhar saat itu pun hanya bagaikan boneka saja, sebab dirinya tidak mau terputus silaturrahmi dengan keluarganya. Walaupun demikian, diujung cerita Azhar pun tetap saja dipandang sebelah mata oleh keluarganya dan putus hubungan.

Buku ini sangat menarik banget, selain tata bahasanya yang sederhana dan tidak terlalu banyak diksi aneh, membuat pembaca sangat mudah memahami cerita ini dan larut dalam cerita yang ditulis Buya Hamka ini. Kisah seperti ini, masih banyak bertebaran di sekeliling kita secara nyata. Seseorang hidupnya terlalu dikendalikan oleh keluarga, padahal kita juga perlu bahagia bersama pasangan yang kita pilih sendiri.

Novel ini juga mengajarkan kepada kita, cara memilih pasangan seumur hidup bisa dilihat dari keluarganya. Apakah mereka suka kepada kita, entah di belakang atau di depan? Apakah mereka selalu menyinggung harta? Apakah pasangan kita terlalu dikendalikan oleh keluarga? Mungkin jika kita punya mertua yang gak suka sama kita, tetapi pasangan kita membela dan melindungi kita, itu masih bisa dipertahankan. Namun, kalau tidak? Kita akan menjadi budak.

Kembali lagi ke Mariah, tokoh utama novel ini. Dulu ia difitnah sebagai perempuan hina, padahal tidak hina. Namun, ketika ia pindah ke Jakarta, menjadi perempuan pelacur (hina) adalah salah satu cara agar bisa makan dan hidup di ibu kota.

Semua rasa sakit hati Mariah belum bisa hilang walaupun sudah 20 tahunan meninggalkan Azhar dan anaknya, Sofyan. Ia benar-benar mengutuk perlakuan Azhar dan mengenang bagaimana dulu dirinya berjanji akan menjaga Mariah di depan kedua orang tua bahkan orang banyak, tetapi sekarang? Dirinya sudah hancur dan ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Akhir cerita ini sangat tidak bisa ditebak. Pembaca pasti akan beranggapan bahwa Mariah dan Azhar akan balikan setelah bertemu, tetapi tidak. Di bab ini, kesedihan akan muncul karena pembaca akan membayangkan bagaimana perjuangan seorang ibu menahan rasa rindu kepada anaknya dan tidak berani berkata jujur karena takut anaknya malu. Ia bersedia di penjara karena membunuh musuh Sofyan, sebelum musuh tersebut membunuh Sofyan.

Nilai pemikiran yang dibuat oleh Buya Hamka di tokoh Mariah adalah kerja keras. Ia berusaha sekuat tenaga agar keluar dari zona hina, tetapi semua itu tidak bisa dan sampai akhirnya ia dipertemukan dengan anaknya yang selama ini ia rindukan. Bahkan, Mariah meninggal di pangkuan Sofyan. (*)
Posting Komentar

Posting Komentar