KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

MENULIS DAN MENELITI: JEMBATAN ILMU PENGETAHUAN (Bagian 1)

 

Oleh: Ibrahim

(Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pontianak)


Menulis dan meneliti, dua pekerjaan yang saling berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Jika menulis adalah upaya merangkai ide, pikiran dan gagasan ke dalam untaian kata di atas kertas, maka meneliti adalah upaya menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya dan diterima secara ilmiah berdasarkan prosedur kerja ilmiah pula. Menulis merupakan ekspresi seseorang atas pengalaman dan ilmu pengetahuan untuk dibagi, maka meneliti merupakan semangat ingin tau dan mencari kebenaran ilmiah itu sendiri yang disebut ilmu pengetahuan. 

Menulis menghasilkan tulisan (karya tulis). Meneliti menghasilkan pengetahuan (ilmu pengetahuan). Tulisan yang baik mestinya dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik pula. Disinilah penelitian menjadi sumber penting menghadirkan data dan informasi yang bersifat ilmiah untuk ditulis sebagai karya tulis ilmiah. Karena itu, menulis dan meneliti adalah pekerjaan yang saling melengkapi dan tak terpisahkan untuk menghasilkan karya tulis ilmiah. Karenanya menulis dan meneliti adalah jembatan ilmu pengetahuan ilmiah itu. 

Foto: Suasana Penyampaian Materi Teknik Pencarian Bahan dan pengutipan pada Peserta Pembinaan Karya Tulis Ilmiah Al-Qur'an LPTQ Prov. Kalbar, Rabu, 9 Maret 2022.

MENGAPA HARUS MENULIS?

Menulis adalah jembatan ilmu. Dengan menulis kita bisa saling berbagi pengetahuan dengan orang lain. Melalui tulisan, ilmu pengetahuan terus berkembang, dibaca, dikaji dan diteliti. Menulis itu bagaikan ikatan keabadian, sebab dengan tulisan seseorang terus hidup dalam pikiran pembacanya. Imam Ali pernah berujar bahwa menulis adalah mengikat pemahaman dan pengetahuan. Semakin banyak menulis, akan semakin kuat ikatan pemahaman dan pengetahuan yang kita miliki. Karena itu, menulis dan menulislah...

Perkara menulis, bagi sebagian orang mungkin bukan suatu masalah. Sebab ada banyak hal yang bisa ditulis. Alam dengan segala isinya adalah segudang bahan dan materi yang dapat ditulis. Akan tetapi bagi sebagian yang lain, menulis itu adalah sesuatu yang sulit, bahkan momok yang menakutkan. Seringkali sebagian kita harus “menyerah” untuk sebuah tugas menulis. Bahkan sekedar menulis pengalaman sendiri kita tidak mampu.

Persoalannya, mengapa pekerjaan menulis itu mudah bagi sebagian orang? dan, mengapa pula menulis menjadi persoalan yang sangat sulit bagi sebagian yang lain? Kata kunci utamanya adalah pembiasaan. Mereka yang merasa mudah dalam menulis karena sudah terbiasa dan membiasakan diri untuk menulis, meskipun terhadap hal-hal yang sederhana. Menulis pengalaman, kisah perjalanan, ide, perasaanya, dan sebagainya. Sebaliknya, menulis menjadi pekerjaan yang sangat berat dan sulit karena kita tidak terbiasa dan kurang membiasakan diri dengan pekerjaan menulis. Banyak dari kita yang bisa berbicara (ceramah-diskusi) hingga berjam-jam, akan tetapi tidak mampu menulis satu kalimat atau satu paragraf pun.

Padahal bicara wawasan dan pengalaman hidup, semua orang punya. Setiap kita mungkin punya cerita dan pelajaran hidup yang bernilai dan bermanfaat bagi orang lain, atau paling tidak bagi anak cucu kita. Akan tetapi ketika kita tidak pernah menulisnya, maka semua itu akan hilang bersamaan dengan berakhirnya kehidupan kita. Karena itu, marilah untuk mulai membiasakan diri menulis.  Tulis lah apa yang bisa di tulis, dan tulislah apa yang mau ditulis.

Keterampilan menulis bukan keahlian yang datang begitu saja (instan), tapi sebuah proses. Lagi-lagi proses pembiasaan, dilatih dan terus dilatih. Karena itu, tidak satupun penulis di dunia ini muncul dengan serta merta menjadi penulis terkenal-hebat. Kesuksesan menjadi penulis ternama hari ini, mungkin satu dari sekian banyak pengalaman kegagalan menulis yang berhasil dilewati. Karena itu, kalau mau menjadi penulis yang hebat, mulailah menulis dari sekarang, dan jangan pernah berhenti menulis, maka kita akan jadi penulis.

 

Menulis Ilmiah

Menulis ilmiah adalah membuat tulisan yang memenuhi kriteria antara lain: pertama, isi tulisan mengandung nilai-nilai ilmu pengetahuan di dalamnya; kedua, apa yang ditulis adalah suatu fenomena yang benar-benar terjadi (faktual), yang bisa dibuktikan dan diverifikasi keberadaannya; ketiga, cara penulisan mengikuti gaya (struktur dan sistematika) tertentu yang disepakati (konsensus) di dunia ilmu pengetahuan; keempat, tulisan ilmiah selalunya memiliki sandaran ilmiah yang jelas dan kuat dalam bentuk sumber rujukan dan bahan kepustakaan. Sebab, pada dasarnya ilmu pengetahuan saling terkait dan bergantung. Tidak ada ilmu pengetahuan yang benar-benar berdiri sendiri tampa hubungan dan keterkaitan dengan ilmu pengetahuan yang lain.

Menulis ilmiah mesti memperhatikan ketercakupan keempat kriteria tersebut. Karena itu, tulisan ilmiah mesti dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik dan jelas, seperti dari hasil penelitian. Karena hasil penelitian, maka tentu saja objek kajiannya jelas dan faktual, bukan sesuatu yang absurd, yang ada dalam hayalan dan mimpi belaka[1].

Tulisan Ilmiah yang baik yang bisa diverifikasi menyuguhkan informasi dan data dengan sumber yang jelas, baik nama sumber, tempat, maupun waktunya. Termasuk sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah tulisan ilmiah juga harus berwibawa dan dapat diverifikasi kebenarannya. Karena itu, tidak semua bahan (sumber bacaan) layak untuk dijadikan rujukan dalam membuat karya tulis ilmiah yang baik[2].

Menulis ilmiah juga bermakna mengutarakan ide, gagasan dan pemikiran secara teratur, sistematis dan argumentatif, dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, dalam struktur kalimat yang baik dan sempurna, tampilan yang juga manarik dan rapi. Karena pada prinsipnya, menulis ilmiah adalah menyuguhkan sesuatu untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain sebagai pembacanya.  

Dengan kata lain, menulis ilmiah mesti memperhatikan sisi materi (isi) dan cara-cara (teknik) penulisan yang baik dan disepakati dalam dunia ilmu pengetahuan ilmiah. Karena itu, karya tulis ilmiah selalunya mengacu pada ketentuan-ketentuan penulisan yang ada, yang disediakan-dibuat oleh lembaga atau institusi ilmiah tertentu. Bahkan dalam konteks karya tulis ilmiah, ketentuan atau pedoman penulisan itulah sesungguhnya “kitab suci” yang harus dipatuhi dalam menulis.

 

Menulis untuk Publikasi Ilmiah

Apalagi dalam konteks karya tulis ilmiah yang dipublikasi, setidaknya kita harus pahami bahwa, bukanlah tulisan yang baik yang dikejar. Sebab tidak ada tulisan yang benar-benar baik (sebagai suatu penilaian yang objektif-mutlak). Tulisan dianggap baik ketika mampu menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan penulisan yang telah ditetapkan, baik aspek isi maupun teknisnya. Dengan mengikuti secara baik dan benar semua ketentuan (pedoman) penulisan, maka sebuah tulisan dianggap baik dan diterima. Sebaliknya, sebagus apapun tulisan yang dihasilkan, jika tidak mengikuti ketentuan (gaya) penulisan yang diinginkan, tetap saja dianggap tidak baik dan ditolak.

Menulis karya ilmiah sama pentingnya dengan mempublikasikannya supaya dapat dibaca dan bermanfaat bagi transformasi dan sosialisasi keilmuan-akademis. Akan tetapi faktanya, menulis dan mempublikasikannya juga bukan pekerjaan yang mudah. Karena itu, kita bukan saja perlu tau teknik penulisannya, tetapi juga perlu tau teknik meraih peluang publikasinya, terutama di jurnal-jurnal ilmiah. Teknik yang paling fundamental itu ada dua; pertama, kecendrungan isi (materi) kajian yang sesuai, dalam hal ini bidang keilmuan jurnal dengan tulisan yang diajukan; kedua, teknik penulisan yang diinginkan, dalam hal ini gaya penulisan sebagaimana diatur dalam ketentuan penulisan yang harus dipatuhi. Jika bisa memastikan dua hal ini terakomodir dalam menulis, maka yakinlah proses penulisan dan publikasi jurnal akan didapatkan. Sebaliknya jika mengabaikan kedua hal ini, atau salah satunya, maka peluang tulisan diterima dan diterbitkan sangat kecil.

Dengan kata lain, untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik diperlukan ilmu dan stretegi menulis yang baik dan benar, selain pembiasaan. Untuk menembus publikasi di jurnal ilmiah juga diperlukan strategi dan teknik penulisan yang baik, terutama menyangkut ketentuan teknik penulisan yang diinginkan oleh setiap jurnal ilmiah... (Bersambung….Bagian 2)



[1] Dengan demikian, karya tulis dalam bentuk fiksi (hayalan) seperti novel dan sejenisnya tidak bisa dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Tapi karya tulis saja. Meskipun untuk kasus-kasus tertentu (sangat khusus) mungkin ada yang mendekati kriteria ilmiah.

[2] Terutama sumber-sumber internet melalui browsing, yang didapatkan di halaman depan (homepage) berupa http, www, blogspot, facebook dan semacamnya umumnya tidak bisa diverifikasi dengan jelas kriteria keilmiahannya. Karena itu, sebaiknya dihindari untuk dijadikan sebagai sumber rujukan karya tulis ilmiah. Sumber karya tulis ilmiah di internet sebaiknya dalam bentuk artikel Journal Online (e-journal), dan buku online (e-books) yang penulis dan penerbitnya jelas.

Posting Komentar

Posting Komentar