Foto: Penulis bersama Muhammad Ali Fahmi (Ketua Dema IAIN Pontianak 2020)/Dzaki |
Muhammad Ali Fahmi merupakan ketua Dema IAIN Pontianak periode 2020-2021 yang dilantik pada 4 Februari 2020, dengan demikian sudah satu tahun masa yang dilewati dalam membawa kabinet kejayaannya mengabdi pada kampus dan masyarakat.
Tidak mudah bagi seorang pemimpin dalam menahkodai perahunya, sebagai seorang kapten tentu kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal pada bahtera dan penumpangnya.
Selain itu, berbagai kesan dan pengalaman tentu saja akan memenuhi benaknya. Bahkan jika perlu, air matapun akan membersamai dalam mengenang satu periode kepemimpinannya.
Entah mimpi apa yang menghinggapi penulis untuk kemudian mencoret-coretkan isi kepala di layar monitor. Padahal saat ini penyakit magernya sedang kambuh, apalagi sekarang malam Jum’at, malam dimana penulis biasanya hanya uring-uringan sambil nonton Youtube setelah pulang yasinan.
Berawal dari chatingan yang penuh curhatan bersama beliau, tiba-tiba hati bergerak untuk membuka laptop, seolah mendapat suntikan semangat untuk menuliskan isi hati.
Berikut ungkapan hati Muhammad Ali Fahmi yang penulis rangkum dari hasil chatingan WhatsApp dengan bahasa yang sedikit di rubah namun tak mengurangi maknanya.
“Saya merasa waktu begitu cepat, perasaan kemarin saya baru ambil sumpah jabatan sebagai Ketua DEMA IAIN Pontianak, sekarang sudah mendengar dan menyaksikan orang lain akan mengambil sumpah jabatan sebagai Ketua DEMA IAIN menggantikan saya”
“Kalau saya merenung, tiba-tiba datang pikiran dan mengingatkan waktu yang sudah-sudah dengan segala apa yang di usahakan itu. Saya suka senyum sendiri, menertawai kenangan saya dengan segala orang yang hadir dalam kepemimpinan saya kemarin itu. Menyenangkan rasanya, melihat ke belakang sesaat dan menikmati keberhasilan dari apa yang kita usahakan”
“Sekarang, di depan saya sudah ada kawan-kawan yang siap sedia bergerak melanjutkan segala mimpi dan perjuangan yang artinya usaha-usaha yang sudah saya bangun itu tidak berhenti begitu saja”
“Saya pernah baca teori psikologi perkembangan Erikson soal masa krisis dalam perkembangan manusia, yang mana kalau saya refleksikan dengan kondisi saya sekarang, antara integrity vs despair, saya lebih condong merasakan integrity, merasa puas, bersyukur, dan lebih bahagia dengan segala apa yang sudah saya perbuat untuk DEMA IAIN Pontianak dengan segala elemen di dalamnya”
“Untuk itu, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang pernah terlibat dalam kepengurusan saya ini. Khususnya kawan-kawan pengurus DEMA IAIN Pontianak Kabinet Kejayaan, keluarga kecil yang terkadang alay dan bar-bar tapi selalu bisa menyuntikkan semangat dan tempat untuk ajang bertukar curhat dan benpadat, kalian hebat, kalian luar biasa. Saya merasa bersyukur memiliki kalian dan berkesempatan bekerja sama dengan kalian”
“Seluruh pejabat kampus dan mahasiswa IAIN Pontianak yang banyak memberikan saran, kritik, serta pasrtisipasinya di kepengurusan ini, saya ucapkan terima kasih yang begitu mendalam”
“Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia wafat meninggalkan kenangan, karya, dan juga cerita. Tidak ada yang sia-sia pada apa yang kita usahakan di dunia ini selama kita mampu melihat sisi baik beserta hikmahnya. Sekali lagi, terima kasih banyak saya sampaikan dan mohon maaf atas segala ke khilafan”
Itulah sedikit ungkapan hati beliau yang berharap khusnul khatimah di akhir kepengurusannya.
Seorang Muhammad Ali Fahmi juga manusia yang tidak luput dari segala kesalahan dan ke khilafan, termasuk penulis dan seluruh jajaran kepengurusan Dema IAIN Pontianak tahun 2020.
Karena tiada gading yang tak retak, tiada daun yang tak gugur. Segala khilaf dari kami, segala benar dari Tuhan. Jika airnya manis, silahkan di minum, jika pahit mari suling bersama. Karena aku dan kamu adalah kita dalam satu irama.
SALAM PERJUANGAN, HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT INDONESIA
DEMA IAIN PONTIANAK KABINET KEJAYAAN; BAKTI NYATA
Penulis : Yusuf An-nasir
Posting Komentar