Ilustrasi/NET |
Oleh : Elin Tanama*
Aku tak lagi
menemukan rimba yang memelukku dengan hangat
Mereka-mereka
yang datang tak memberiku pengampunan
Rindu, cinta
Apa yang lebih baik dari penuntasan penantianku
Pada subuh yang
hampir pulang
Tanganku masih berpura-pura
menjadi pereda duka-lara yang kau alirkan
Sajadah panjang banjir oleh harapan sekaligus keputusasaan
Adalah manusia yang kehilangan akal
Memaksa dan
merayu-rayu Tuhan untuk menyampaikan tumpukan kecemburuanku
Pada langit,
matahari, udara, purnama, bintang yang dapat menatapmu leluasa
Aku kalah
Lihatlah gadis yang sesenggukkan setiap malam
Mukenahnya
dibiarkan basah oleh kesakitan yang ia ciptakan
Doa dan tidur
adalah perayaan pertemuan
yang dilahirkan
oleh jutaan kemungkinan
:batinnya
menangis ketakutan
Ia morat-marit
oleh penantian
:penantian
*Anggota KOSANA (Komunitas Sahabat Pena)
Posting Komentar