ilustrasi/net |
Karya: Nicole Kwan*
Seorang anak duduk termenung
Di teras rumahnya kala mendung
Mendengar kicauan burung
Merasakan sejuk dibuai bayu.
Selagu merdu dersiknya angin
Membawakan rasa ketenangan tersendiri
Menyegarkan sukma di pagi hari
Disana terlihat bunga nan asri
Kupu-kupu dan lebah menari.
Tanyanya pada kupu-kupu nan indah
"Hai kupu-kupu kenapa kau berseri?
Hanya karena menghisap sari
Dari bunga cempaka dan melati."
Jawab kupu-kupu padanya
"Hai manusia lihatlah diriku ini
Mungil dengan warna bak pelangi
Bersuka cita karena diriku ini
Yang seindah teja dan melati."
Tanyanya pada lebah
"Hai lebah kenapa kau menari?
Lihatlah dirimu menyengkak dan berduri
Bak langit dan bumi
Engkau dan kupu-kupu ini."
Jawab lebah itu padanya
"Hai manusia!
Kusadar diriku tak seberapa
Yang kecil, lemah, dan tak berdaya
Tak seindah kupu-kupu disana"
"Hai manusia!
Beta berahi bersuka ria
Sebab sesungguhnya mahluk apapun
Ciptaan Allah yang maha kuasa."
Tanyanya pada bunga melati dan cempaka
"Hai bunga melati dan cempaka
Mengapa kalian bersuka raya
Bersama kupu-kupu dan lebah?"
Jawab bunga melati dan cempaka padanya
"Hai manusia kenapa kau meresah?
Dirimu yang duka berahi
Melihat perbedaan sebagai masalah."
"Lihatlah kami tak punya apa-apa
Tapi masih saling mencukupi
Sedarah, serumah, dan sehidup
Bukankah itu sudah lebih dari cukup
Sebagai saudara semati dan sehidup?"
"Kami sadari dunia ini terhampar luas
Tak semua diciptakan sama
Wahai manusia nan berduka
Sadari perbedaan itu mengindahkan dunia."
(November, 2019)
*) Siswi SMA Immanuel Bilingual Class Pontianak
Posting Komentar