KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Pentingnya Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga dalam Rangka Mengurangi Radikalisme

Ilustrasi/Net
Oleh: Mulia Hutami*

Dalam berbagai kamus, radikal adalah kata sifat ynag berarti aksi mencolok untuk mnyerukan paham ekstrem agar di ikuti oleh banyak orang. Sementara radikalisme adalah ideologi yang memercayai perubahan menyeluruh hanya bisa dilakukan dengan cara radikal, bukan dengan cara evolusioner dan damai.

Radikalisme secara historis berawal di ranah politik oleh sayap kiri pada masa Revolusi Perancis (1787-1789). Pengertian  ini terus berkembang sehingga mencakup tidak sayap kiri  atau sayap kanan dalam politik, tetapi juga hingga ke bidang keagamaan (religious radical). Meski tidak baru, bahkan muncul lebih dulu daripada Revolusi Perancis, radikalisme keagamaan menemukan kembali momentum sejak pertengahan 1980-an  ketika berbagai agama mengalami kebangkitan (religious revivalism) menantang modernitas dan sekularisme.

Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor, yakni :

Faktor pemikiran, radikalisme dapat berkembang  karena adanya pemikiran bahwa segala sesuatunya harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan kekerasan;

Faktor Ekonomi, masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror manusia lainnya;

Faktor Politik, adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan. Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik. Alih-alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah keadaan;

Faktor Sosial, masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada hidup mereka;

Faktor Psikologis, peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan denda m, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis;

Faktor Pendidikan, Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.

Kasus radikalisme di indonesia kian marak, berikut ciri-ciri radikalisme. Pertama, Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan dengan keras; Kedua, Melakukan upaya penolakan secara terus-menerus dan menuntut perubahan drastis yang diinginkan terjadi;

Ketiga, Orang-orang yang menganut paham radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan; Keempat, Penganut radikalisme tidak segan-segan menggunakan cara kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka; Kelima, Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda pandangan dengannya adalah bersalah.

Menurut BKKBN (1999), Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan.

Oleh sebab itu diperlukan suatu keluarga yang tangguh yang dapat membentengi seluruh anggota keluarga dari pengaruh-pengaruh radikalisme, kenapa saya sebut keluarga yang tangguh, artinya keluarga memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai ketuhanan yang benar sesuai dengan tuntutan syariat, sehingga anggota keluarga tidak mudah terpengaruh dengan radikalisme yang kian marak.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan keluarga tangguh terhadap radikalisme adalah:

Pemerintah harus melakukan tindakan-tindakan preventif di mulai dari keluarga, dengan memberikan penyuluhan maupun pemahaman agama yang sesuai dengan syariat, pemerintah bisa berkolaborasi dengan para ulama dan dai untuk memenuhi tersebut, selain itu dengan tinggi nya tingkat pemahaman orang tua terkait radikalisme maka orang tua mampu memberikan pemahaman mendalam terkait radikalisme terhadap anak, orang tua juga bisa memberikan ciri-ciri radikalisme dan bahaya radikalisme, untuk menghimbau anak tidak terjerat masalah radikalisme.

Orang tua juga harus senantiasa mengiringi tumbuh kembang anak dan lingkungannya, menciptakan atmosfir rumah yang terbuka akan sangat membantu anak untuk terbuka terhadap apapun yang di alaminya di luar rumah, sehingga orang tua mampu mengetahui jika diduga ada pergerakan radikalisme.  Selain itu orang tua juga harus mengawasi tumbuh kembang anak di era digital, karena di era milenial sekarang, penyebaran paham radikalisme akan lebih gencar di lakukan di media sosial, sehingga orang tua harus mengawasi penuh perkembangan media sosial anak.

Pontianak, 3 Desember 2019

*) Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura
Posting Komentar

Posting Komentar