Ilustasi/NET |
Oleh : Annisa Solehah*
Jurnalistiwa.co.id - Setiap
insan manusia, akan melalui lika-liku kehidupannya masing-masing. Manusia akan
menemui kehidupan dengan berbagai rintangan. Tak selamanya manusia merasakan
kehidupan yang manis dengan rintangan hidup yang sederhana. Ada kalanya manusia
itu akan menemukan rintangan yang sulit dan merasakan pahitnya kehidupan.
Seperti
halnya sering membandingkan hidupan diri sendiri dengan kehidupan orang lain.
Orang lain memiliki mobil baru yang mewah, dan diri sendiri memaksakan untuk
segera memiliki mobil tersebut juga, sedangkan belum mampu untuk memilikinya.
Penyebab
kurangnya rasa syukur ini adalah iri hati yang telah menggerogoti setiap
individu karena selalu membandingkan kehidupan diri sendiri dengan kehidupan
orang lain. Serta selalu merasakan tidak puas terhadap karunia yang telah Allah
berikan.
Kodrat
Alam yang merupakan salah satu ajaran Pancadarma yang dipelopori oleh Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa “Pada hakekatnya, manusia sebagai makhluk Tuhan
adalah menjadi satu dengan alam semesta dan tidak lepas dari kehendak hukum
kodrat alam. Bahkan manusia akan mengalami kebahagiaan jika ia dapat
menyelaraskan diri dengan kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan.”
Maksudnya, Allah Subhahuwata’ala sudah menggariskan kehidupan manusia.
Kapan
manusia itu merasakan perjuangan yang teramat berat, dan kapan manusia tersebut
akan merasakan indahnya perjuangan hidup tersebut. Kebahagiaan seseorang itu
sendiri akan dapat diraih apabila individu tersebut mengerti dengan keadaannya
sendiri, dan tidak terlalu memaksakan diri sendiri untuk dapat meraih seperti apa
yang orang lain raih.
Bersyukur
juga telah diajarkan dalam agama, salah satunya Islam. Dalam HR Muslim, “Jika
mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Dan jika dia
menghadapi kesulitan, dia bersabar, maka itu kebaikan baginya.” Hal ini
menunjukkan betapa banyak nikmat Allah Subhahuwata’ala yang telah banyak
didustakan oleh hamba-Nya. Penulis yakin, tidak hanya agama Islam yang
mengajarkan arti bersyukur dan kapan diterapkannya. Namun, agama lain pasti
juga memerintahkan umatnya untuk selalu bersyukur ketika diberikan kenikmatan
oleh tuhannya.
Bersyukur
yang sebenarnya, bukan dengan pamer harta dan sebagainya di sosial media yang
anda miliki yang kemudian adanya pemberian caption yang beratasnamakan syukur
kepada Tuhan. Namun, bersyukur yang tepat adalah dengan cara meyakini bahwa
kenikmatan yang telah anda terima bersumber dari Allah sang pemilik alam
semesta, memuji Allah Subhahuwata’ala terhadap kenikmatan yang telah anda
peroleh, menggunakan anggota tubuhmu untuk kebajikan dan ketaqwaan kepada Allah
Subhahuwata’ala yang telah memberimu banyak kenikmatan.
Selain
itu, latihlah diri anda untuk selalu mengatakan “Terimakasih” atau “Thank you”
kepada orang lain baik dalam barang atau jasa sedikit maupun banyak. Dengan
cara itulah, kita melatih diri sendiri untuk dapat bersyukur kepada Allah
Subhahuwata’ala yang telah memberikan kenikmatan melalui perantara orang lain.
Ayo
latihlah diri sedini mungkin, untuk selalu bersyukur. Dengan bersyukur, anda
dapat terhindar dari penyakit hasad, iri dan dengki, menguatkan kondisi mental
seseorang, mengurangi stress, meningkatkan sikap optimis pada diri seseorang,
dan membuat hidup akan bahagia. Selain itu, bersyukur juga akan melatih anda
sebagai pribadi yang dewasa dalam berpikir untuk dapat menerima segala
kritikan, saran, maupun sanjungan dari orang lain.
*Mahasiswi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Posting Komentar