Ilustrasi |
Oleh: M. Ridwan Priyanto*
jurnalistiwa.co.id - Perjalanan kelapa sawit dalam sejarah
Indonesia, sebagaimana diketahui awal mula masuknya kelapa sawit di Indonesia
dimulai dari tahun 1848 yang mana pada saat itu dibawa dan ditanam oleh
pemerintah Hindia Belanda di Kebun Raya Bogor, hal inilah yang menjadi cikal
bakal perkembangan industri minyak kelapa sawit di Indonesia pada pertengahan abad ke-19 yang mana pada saat itu permintaan minyak nabati semakin
meningkat seiring dengan perkembangan Revolusi Industri.
Seiring dengan permintaan dunia, perkembangan perkebunanpun semakin ditingkatkan sehingga pada tahun 1911 mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersial oleh pemerintah Hindia
Belanda. Dalam perjalannya perkebunan kelapa sawit hari demi hari semakin
menunjukan perkembanganya yang baik, dari segi manfaat kepada masyarakat maupun
pemerintah sehingga menjadi salah satu perhatian pemerintah untuk ikut serta
mendukung pembangunan di sektor perkebunan kelapa sawit.
Perkembangan industri kelapa sawit tidak
hanya serta merta mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah, namun juga berbagai tantangan juga menjadi problematika, karena
bagi industri minyak nabati di Uni Eropa, kehadiran kelapa sawit justru menjadi
lawan berat dalam persaingan dunia minyak nabati. Sehingga seringkali kita
mendengar atau bahkan menyaksikan secara langsung bentuk-bentuk perlawanan,
baik itu penolakan di forum dunia atau bahkan serangan-serangan dari beberapa
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dengan dalih lingkungan dan sosial.
Dalam perdagangan dunia beberapa isu
yang sering diangkat diantaranya adalah isu dumping oleh Amerika Serikat dan
persaingan biofuel sering mendominasi, sementara isu yang diangkat oleh Uni
Eropa lebih sering mengkaitkan isu permasalahan lingkungan dan Hak Asasi
Manusia (HAM).
Tidak sedikit isu-isu serta kampanye
negatif yang menyerang kepala sawit, namun dalam perjalananya justru sektor
kelapa sawit lebih banyak mendatangkan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar
perkebunan kelapa sawit. Berbagai dampak postif yang dirasakan oleh masyarakat
seakan-akan memadamkan pemikiran negatif terhadap kelapa sawit dan menjadi
pembuktian tersendiri dalam perlawanan kampanye negatif terhadap kelapa sawit.
Seiring dengan perkembangan dan manfaat
yang dirasakan semakin besar, komoditi kelapa sawit sekarang menjadi komoditi
vital bagi Indonesia, bagaimana tidak peranan kelapa sawit bagi perekonomian
Nasional dapat memberikan dampak meningkatnya kesejahteraan dan mampu
mengurangi angka kemiskinan.
Tercatat dari sektor komoditi kelapa sawit
mampu menyumbangkan Rp 239 triliun pada kegiatan ekspor di tahun 2017 dan
merupakan sektor terbesar, bahkan lebih besar dari sektor minyak dan gas. Sementara
itu dari segi pemanfaatannya dalam penerapan kebijakan mandatori biodiesel dari
tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 mampu menghemat devisa sebesar US$ 2,52
miliar (Rp30 triliun).
Selaras dengan kemajuan dan manfaat yang
dirasakan sektor kelapa sawit mulai menerapkan dan mencanangkan program-program yang dapat mendukung sistem keberlanjutan yang lebih ramah lingkungan,
hal ini dibuktikan dengan didukungnya salah satu program dunia yaitu SDGs
atau Sustainable Development Goals yang mana didalamnya terdapat 17
rencana program pembangunan berkelanjutan yang disetujui di forum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) oleh 189 negara dan Indonesia merupakan salah satu
bagianya.
SDGs merupakan kelanjutan dari Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs), Demi terwujudnya 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan yang ditargetkan 169 dapat tercapai pada tahun 2030, sehingga
dapat diaplikasikan secara Universal dengan target pembangunan berkelanjutan
dibidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Indonesia sebagai salah satu negara
yang menyetujui SDGs menunjukan komitmenya, dalam hal ini ditunjukan dengan
dimasukanya program SDGs didalam rencana pembangunan nasional.
Dengan dimasukanya program SDGs, sektor
kelapa sawit dalam rencana pembangunan nasional menunjukan, bahwa sektor kelapa
sawit memiliki peranan yang begitu penting dalam peningkatan kinerja produksi
dan nilai ekspor sehingga dapat menjadi penyumbang dalam terlaksananya SDGs.
Seiring dengan target SDGs, keberadaan dan perkembangan kelapa sawit dapat
memberikan dampak positif dengan adanya perkembangan pada sarana dan prasarana
dasar, seperti tempat layanan kesehatan, rumah ibadah, jalan bahkan pembangunan
sekolah yang mana pada dasarnya ditujukan bagi karyawan dan masyarakat
disekitar perkebunan kelapa sawit.
Dengan adanya pembangunan yang dilakukan,
harapannya agar masyarakat disekitar dapat diperdayakan dan disejahterakan,
sehingga dapat ikut serta menurunkan angka kemiskinan. Selain itu, dengan
adanya industri kelapa sawit dapat menyerap tenaga kerja mencapai 4,2 juta
tenaga kerja langsung, dan juga turut serta memberikan dampak pada 12 juta
tenaga kerja tidak langsung, terutama bagi masyarakat disekitar perkebunan yang
sebagian besar jauh dari perkotaan, agar dapat tercapai pemerataan kesejahteraan
bagi masyarakat.
Besar harapan kita terhadap industri
kelapa sawit, sebagai salah satu komponen pendukung tercapainya SDGs. Dengan
cita-cita agar bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar sebagai negara
eksportir minyak nabati kelapa sawit, selain itu juga semoga kedepanya
perkembangan dan penelitian lanjut dapat lebih di intensifkan agar industri
kelapa sawit dapat lebih meminimalisir kerusakan alam dan dapat memaksimalkan
penggunaan lahan secara berkelanjutan, serta meningkatkan penggunaan hasil dari
kelapa sawit sebagai produk-produk turunan, agar Indonesia dapat Berjaya
ditanahnya sendiri, dengan sawit mendunia masyarakat sejahtera, dengan produk
karya anak bangsa.
Editor : Yusuf An Nasir
*Mahasiswa Universitas Tanjungpura Jurusan Pertanian
Posting Komentar