Rini Musdalifa. Foto: Salam |
JURNALISTIWA.CO.ID - Belajar dari sosok perempuan hebat salah satu kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), umurnya 21 Tahun, dia juga tercatat sebagai Mahasiswa aktif Universitas Tanjungpura, Prodi Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial (PIIS). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Orangnya mungil. Penampilannya seperti orang laki-laki. Tingginya bekisaran 140 cm. dan berat badanya kurang lebih 45 Kg. Ia anak bungsu dari enam bersaudara. Pekerjaannya sebagai mahasiswa aktif. Terkadang ia membantu umminya berjualan di warung kecil yang terletak di Tanjung Hulu.
Semenjak kuliah ia tidak pernah merepotkan orang tuanya. Ia kuliah dengan hasil kerja kerasnya di akademisi kampus.
Intelektual, dan daya berfikirnya serta kerajinannya membaca buku berhasil mengantarkan mendapatkan beasiswa.
Perempuan mungil itu kuliah bayar sendiri dengan kerja kerasnya. Ia mendapatkan Beasiswa Bidikmisi. Ia hanya membayar daftar kuliahnya saat masih semester satu.
Namun, ketika ia mendapatkan beasiswa uang pendaftaranya dikembalikan lagi.
Kegigihan dan kerja kerasnya berhasil di torehkan saat masih kuliah. Kemampuan akademisinya sudah memberikan bukti dengan perolehannya saat ini.
Disimping itu, perempuan hebat itu harus menahan kesedihan. Ia ditinggal ayahnya saat masih duduk di bangku kelas delapan Madrasah Tsanawiyah.
Setelah ditinggal ayahnya, dalam keseharian ia harus membantu ibunya untuk mencari sesuap nasi dan rezeki untuk bisa bertahan hidup di tengah panasnya perekonomian.
Setiap pagi ia mengantar umminya pergi ke Tanjung Hulu untuk jualan. Sepulang ngantar umminya untuk jualan ia bergegas untuk lenjut kuliah.
Tidak sampai di situ juga. Sehabis pulang kuliah ia harus membantu orang tuanya jualan. Terkadang ia tidak sempat untuk mengganti pakaiannya, karena buru-buru untuk membantu umminya.
Hari demi hari dan waktu yang ia lewati selalu dihabisnya dengan masa yang sebenarnya masih belum pantas untuk dilakukannya. Namun, kerana keadaan yang memaksanya harus bekerja mebantu orang tuanya.
Di selang waktu liburnya dan para hair Sabtu, ia juga menjadi guru di lembaga Miftahul Ulum yang manjadi tempat ia belajar dimasa ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia menjadi Guru Pendidikan Kewarganegaraan PKN sejak dari smester tiga sampai sekarang.
Tidak sampai di situ juga, perempuan kecil mungil itu masih aktif berorganisasi. Di selang waktu kesibuknya ia masih menyempatkan ikut organisasi. Salah satu oraganisasi kampus yang ia ikuti Himpunan Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Ilmu Kewarganegaraan (HMPPKN).
Kerena kekurangannya tentang oraganisasi di kampus, ia ikut organisasi di luar kampus juga. Ia masuk oraganisasi PMII, karena untuk membagi waktunya, ia masuk PMII saat smester tiga. Saat ini perempuan itu tercatat aktif dan selalu berperan penting di PMII.
Saat PMII melakukan sebuah aksi. Sosok perempuan hebat itu selalu menjadi garda terdepan dari perempuan lainnya, mentalnya sudah tidak diragukan lagi.
Semangat juangnya untuk berorganisasi sangat kuat, jiwa ke-PMII-nya sangat besar. Terbukti saat ia berbicara di depan. Materi yang di sampaiakannya bisa menyulap orang untuk mendengar orasi yang disampaikannya.
Tutur bahasa yang disampaikan bisa mengikat orang sekitar yang mendengarkannya. Bahasanya menarik perhatian, nada yang dilantunkan saat orasi bisa membuat orang terdiam memperhatikannya.
Sosok perempuan itu adalah Rini Musdalifa, perempuat tangguh tulang punggung keluarga dan seorang aktivis Mahasiswa ulung Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Pontianak.
Penulis: Khairus Salam
Editor: Abdul Khofid
Posting Komentar