Sumber : RPJMD Kota Pontianak 2015 – 2019
Oleh: Kaharudin*
JURNALISTIWA.CO.ID - Kota Pontianak adalah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini dikenal sebagai Kota
Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Di utara kota Pontianak,
tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang
dilalui garis khatulistiwa. Selain itu, Kota Pontianak dilalui oleh Sungai
Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai itu diabadikan dalam lambang Kota
Pontianak. Kota Pontianak memiliki luas wilayah 107,82 kilometer persegi.
Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu yang dipercaya ada
kaitannya dengan kisah Sultan Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu
Kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Sultan Syarif
Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu
sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah
kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai
Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.
Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian
berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter di atas permukaan laut. Kota dipisahkan
oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak. Dengan
demikian Kota Pontianak terbagi atas tiga belahan. Pada tahun 1963 berdasarkan
Keppres No. 243 Tahun 1963, Kota Pontianak dimasukkan ke zona Waktu Indonesia
Tengah (WITA). Pada tanggal 1 Januari 1988 berdasarkan Keppres RI No. 41 Tahun
1987. Bersama-sama dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat yang sebelumnya
masuk zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) beralih menjadi zona Waktu Indonesia
Barat (WIB). Sehingga pada tahun 1988 Kota Pontianak merayakan tahun baru
sebanyak dua kali yaitu pada pukul 00.00 WITA (23.00 WIB) dan 00.00 WIB.
Struktur tanah kota Pontianak berupa lapisan tanah gambut bekas endapan
lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter
dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi
(28-32 °C dan siang hari 30 °C). Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota
Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–rata penyinaran matahari
minimum 53% dan maksimum 73%. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar
antara 3.000–4.000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada
bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada
bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.
Jika dlihat berasarkan pada letak geografis dan astronomis kota pontianak
sangat berpotensi sebagai tempat geowisata. Wisata sungai dan tugu khatulistiwa
sangat bisa menarik minat masyarakat lokal, nasional maupun internasional.
Ditugu khatulistiwa ada sesuatu yang menarik 2 kali tiap tahunnya, yaitu
kejadia kulminasi matahari. Dimana kejadian ini biasanya terjadi pada 23 Maret
dan 23 September setiap tahunnya. Kulminasi matahari hanya terjadi di titik nol
belahan bumi dan Kota Pontianak sangat beruntung dilalui satu di antara dari
empat kota negara yang ada di dunia Momen
menakjubkan dan langka di sekitar
Tugu Khatulistiwa terjadi saat titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam
ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Saat itu posisi matahari
akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan
benda-benda di permukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu
akan hilang beberapa detik saat diterpa sinar Matahari.
Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu. Peristiwa alam
ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan. Bukan tanpa alasan jika Kota Pontianak yang
dilintasi garis lintang nol derajat, populer dengan sebutan Kota Khatulistiwa. Tak heran, ratusan masyarakat maupun wisatawan
lokal maupun mancanegara tumpah ruah dan rela menantang terik matahari. Pesona
Kulminasi Matahari Pontianak ini tidak hanya menampilkan pertujukan sains,
tetapi juga menampilkan pertunjukan budaya, baik tari, musik maupun kuliner
khas Kota Pontianak. Tak ketinggalan, pertunjukan sulap juga akan memeriahkan
festival ini. Ada pula Pameran Fotografi Pontianak yang menampilkan karya-karya
foto terpilih dari lomba yang telah diadakan.
Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk
Pontianak, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur
atas kelimpahan panen yang disebut Gawai dan masyarakat Tionghoa memiliki
kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan sembahyang kubur
(Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis. Kota Pontianak
juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa
di Pontianak Utara. Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan
Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai. Selain itu pontianak yang
berjenis tanah gambut dapat juga ditanami dengan tanaman lidah buaya, di pontianak utara menjadi sentral budidaya
tanaman lidah buaya terbesar di Kalimantan Barat, sehingga tempat tersebut juga
bisa dijadikan sebagai tempat wisata bagi orang luar yang masih asing akan
tanaman lidah buaya.
Potensi ini dapat menjadikan pontianak kota yang diminati oleh turis baik
itu lokal, nasionak maupun internasional. Dua sungai yang memotong ini dapat
dijadikan objek wisata yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Pontianak
dapat juga maju dalam hal geowisata walaupun termasuk perkotaan bukan tidak
mungkin untuk menjadi daerah yang maju dalam hal geowisata. Dengan demikian,
dapat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan tumbuh.
Sehingga pontianak menjadi kota yang kokoh.
*Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak
Posting Komentar