Iluatrasi/Net |
Oleh: Yusuf An Nasir
Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa
dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama artinya
dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum
terjadi.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan
tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam
'ruang' pengelupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya, karena masa lalu telah berlalu dan habis.
Kesedihan tak akan
mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali,
kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan
dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah
payung gelap masa silam. Selamatkan diri kita dari bayangan masa lalu! Apakah
kita ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit,
seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke
dalam kelopak mata?
Ingatlah, keterikatan kita dengan masa lalu, keresahan kita
atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa kita oleh api panasnya,
dan kedekatan jiwa kita pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis,
memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa
depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja
yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, 'Itu adalah umat yang
lalu'.
Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya.
Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda
sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang
yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Merupakan bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan
justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu sama halnya dengan kita
mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing yang
telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk
mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah
mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan
sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan,
air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala
sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah
kehidupan!
Posting Komentar