Oleh : Furqon Anzala*
Perlu
diketahui Mafia ternyata sudah menguasai sepak bola Indonesia. Praktek
ini dibongkar para aktivis dengan melaporkan skandal kekalahan tim nasional
selama beberapa kali pertandingan dan rentetan hasil buruk timnas Indonesia di
piala AFF 2018 kemarin dalam sebuah acara televisi, Mata Najwa.
Dalam acara televisi tersebut banyak sekali
hal-hal yang masih belum diketahui oleh para Penikmat Sepak Bola Indonesia. Kabar
ada pengaturan skor di Sepak Bola Indonesia pun berhembus kuat. Soal
adanya dugaan pengaturan skor di atas terjadi pada pertandingan babak 8 besar
Liga 2 2018 antara Aceh United Vs PS Mojokerto Putra.
Muncul
dugaan pengaturan skor pada laga yang berakhir untuk kemenangan Aceh United
itu. Satu
pemain PS Mojokerto Putra disorot karena sepakannya justru melebar karena
dianggap sengaja tak memasukkan bola ke gawang Aceh United. Program
Mata Najwa yang mengangkat isu ini dengan menghadirkan nara sumber dari
pelatih, mantan pemain hingga anggota Exco PSSI semakin membuka pengaturan skor
dan mafia sepak bola memang ada.
Baru-baru
ini, mantan runner pengaturan skor, Bambang Suryo blak-blakan tentang sosok
paling berpengaruh. Ia
menjelaskan secara terang-terangan sosok yang menurutnya terlibat dalam skandal
pengaturan skor. Awalnya
ia tak menyebut identitas, namun akhirnya mengungkap juga.
Sosok
yang dimaksud adalah Vigit Waluyo. Hal
itu disampaikan Bambang dalam acara Mata Najwa yang disiarkan langsung pada
Rabu (29/11/2018) malam. Di
program itu turut hadir sejumlah tokoh narasumber lainnya seperti anggota Komite
Eksekutif PSSI, Gusti Randa.
Bambang
Suryo mengatakan bahwa saat ini, mafia Sepak Bola Indonesia terkesan dibiarkan
begitu saja. Ia
mengambil contoh tentang sosok Vigit Waluyo. Bambang
menyebut Vigit Waluyo merupakan orang pertama yang pernah kerja sama dengan
dirinya. "Dulu
Mafia zaman La Nyalla dikejar-kejar mba. Tapi sekarang mafia dibiarkan. Contohnya
saya enggak akan nyebut nama, saya sebut sontoloyo. Beliau dulu pemilik
pemegang klub, dan dia pernah bekerja sama dengan saya, saya pemain juga pada waktu
itu," jelas Bambang Suryo.
Najwa
Shihab sebagai pembawa acara lalu memberikan pertanyaan mengapa Vigit waluyo
masih bisa bebas berkeliaran sampai sekarang. "Sontoloyo
tadi saya sebutkan adalah Vigit Waluyo. Coba tolong dipanggil Vigit Waluyo.
Vigit Waluyo kenapa bisa beredar di Indonesia sampai sekarang. Vigit Waluyo
adalah pengelola Mojokerto Putra," ujar Bambang Suryo. Ucapan
Bambang Suryo itu pun langsung direspon anggota Exco PSSI Gusti Randa. Gusti
Randa mengaku tidak mengetahui apa-apa yang tengah dibicarakan Bambang suryo. "Anda
cerita tentang sesuatu yang saya tidak ketahui," kata Gusti Randa.
Najwa
Shihab pun memastikan pengakuan Gusti Randa yang tidak mengenal dengan sosok
Vigit Waluyo. Gusti
Randa langsung saja menjawab bahwa dirinya memang tidak kenal. "saya
tidak kenal," jawab Gusti Randa kepada Najwa Shihab. Mendengar
pernyataan tersebut Bambang Suryo menyimpulkan bahwa Gusti Randa orang baru di
dunia persepak bolaan Indonesia. "Saya
mau nanya, berarti Pak Gusti Randa dan Pak Refrizal orang baru di Sepak Bola
Indonesia dong. Sedangkan Vigit Waluyo
pada zaman Galatama (Liga Indonesia sekarang) sudah, pegang tim," ujar Bambang
Suryo.
Pengakuan
singkat coach Fakhri Husaini
Mantan
pelatih Timnas U-16 Indonesia, Fakhri Husaini, ikut berkomentar tentang Vigit
Waluyo. Menurut
coach Fakhri, Vigit Waluyo merupakan sosok yang tidak asing lagi bagi
stakeholder (Segenap Pihak) di Sepak Bola Indonesia. "Ya
semua pemain bola tau, stakeholder Sepak Bola Indonesia, pelatih pemain itu
pasti tau Vigit itu siapa," jelas Fakhri Husaini. Ketum
PSSI menolak keras Rp 1,5 Triliun.
Di
balik ucapannya yang suka kontroversial ketika di wawancara, Ketum PSSI Edy
Rahmayadi patut diapresiasi karena melawan mafia luar negeri yang mencoba
menyuapnya. Hal
itu diungkap langsung anggota Exco PSSI, Refrizal, dalam acara Mata Najwa. Refrizal
membongkar kasus suap yang hampir terjadi menimpa nama besar PSSI Edy Rahmayadi, Selaku
ketua umum PSSI.
Semula
politikus PKS itu mengatakan bahwa Edy Rahmayadi adalah sosok baik yang
mengawal PSSI. Refrizal
menyebut hal itu sesaat menjawab pertanyaan Sekretaris menpora Gatot Dewa
Broto.
Gatot
sempat memberikan pertanyaan kepada Exco PSSI yang hadir, Refrizal dan Gusti
Randa soal terobosan Edy Rahmayadi selama di PSSI. Refrizal
mengambil pertanyaan Gatot. Ia
menuturkan Edy Rahmayadi cukup bijak memimpin PSSI dan punya komitmen.
Salah
satu hal baik yang dilakukan Edy Rahmayadi yakni menolak suap dari mafia luar
negeri. "Ada
mafia yang lebih besar, dari luar negeri, dia menawarkan Rp 1,5 T ke Pak Edy,
tapi ditolak. Pak Edy itu bentengnya PSSI," kata Refrizal. "Sebenarnya
Pak Edy kalau mau kaya gampang saja tinggal terima suap itu, tapi dia tidak,"
lanjut pria 59 tahun itu. Gatot
mengapresiasi langkah Edy Rahmayadi yang demikian, tetapi ia punya pandangan
lain soal rangkap jabatannya.
Secara
aturan Edy Rahmayadi tidak salah, tetapi menurut Gatot hanya kurang patut saja. "Tapi
dalam kepatutan, alangkah indahnya kalau Pak Edy bisa fokus saja kepada PSSI.
Karena PSSI seperti ayam yang kehilangan induknya. Saya kenal Pak Edy itu
baik," puji Gatot.
*Mahasiswa IAIN Pontianak
Posting Komentar