Ilustrasi/Net |
Oleh: Ibnu Khoden*
Hari ini adalah hari Demokrasi di IAIN Pontianak, hari
dimana Mahasiswa akan memilih pemimpin baru untuk mengisi bangku kosong Dewan
Eksekutif Mahasiswa IAIN Pontianak.
Hari ini suasana kampus tampak berbeda banyak mahasiswa
berbondong-bondong mendatangi Tempat Pemungutan Suara yang terbagi menjadi tiga
lokasi, di Teras Gedung Prof. Dr. Zuhri (FTIK), Teras Gedung Tower J (FUAD),
dan Teras Gedung Tower B (FSEI).
Pagi itu saya dapat dua pesan sekaligus yang pertama “Boy,
udah nyoblos?” datang menghampiri kontak masuk WhatsApp saya. “Dek, udah milih?”
pesan kedua datang memasuki pesan chat saya di WhatssApp.
“Belum boy” aku balas sms yang pertama.
“Belum bang” aku juga membalas pesan yang kedua.
Entah kenapa kedua pesan tersebut berbarengan masuk ke pesan
chat WhatssApp saya. Setelah saya balas
keduanya mereka kembali menayakan kenapa saya belum mencoblos karena memang
saya ingin mencoblos sehabis salat dhuhur saja, namun karena pesan tersebut
memasuki daftar chat di WhatssApp saya maka saya memenuhi permintaan keduanya.
Yang saya heran ternyata bukannya mereka mengingatkan saya untuk
menentukan pilihan agar tidak dikatakan (Apatis) sama dengan mereka yang enggan
memilih karena merasa meskipun mereka memilih DEMA IAIN Pontianak akan tetap
begitu saja, tanpa ada perubahan yang mencolok dan membawa bau wangi terhadap
Institusi kami tercinta.
“Boy, bantu saya pilih nomor ****” (saya ngak mau menyebutkan
nomor urut) aku heran membacanya.
Tak berhenti disitu keheranan saya pesan kedua masuk juga “Dek,
jangan lupa pilih nomor ***” (kembali saya ngak mau menyebut nomor urut).
Saya kaget campur heran kenapa dua pesan tersebut barengan
lagi masukknya di chat WhatsApp saya, ternyata masih ada saja oknum yang
menyeleweng dari peraturan yang telah ditentukan oleh KPRM. Sperti yang
diketahui bahwa sejak tanggal 09 Januari 2019 masa tenang telah
diberlangsungkan sampai hari pelaksanaan pencoblosan.
Namun ternyata masih saja ada oknum yang masih melanggar dan
tidak mematuhi peraturan yang telah di tentukan KPRM IAIN Pontianak.
Seperti yang kita ketahui Demokrasi Kampus merupakan
miniatur dari Demokrasi Indonesia, kalau di Kampus saja sudah menerapkan
demokrasi yang tidak jujur, bagaimana jika nanti para oknum tersebut turun ke
masyarakat. Tidak bisa saya pikirkan apa yang bakalan terjadi.
Tujuan saya menulis ini hanya sebagai bahan intropeksi buat
saya pribadi bukan untuk menjelekkan atau bahkan menjatuhkan orang lain. Semoga
kita bisa belajar berpolitik dan berdemokrasi yang baik dimulai dari bangku
kuliah sebelum turun ke masyarakat langsung nantinya.
*Mahasiswa IAIN Pontianak yang Resah dengan Demokrasi
Kampus
3 komentar