Ilustrasi/Net |
Indiana, jurnalistiwa.co.id - Ahli
astronomi telah memprediksi bahwa pada 20-21 Januari 2019 mendatang, akan
terjadi gerhana bulan total yang dapat disaksikan di wilayah Amerika, sebagian
Eropa dan Afrika. Gerhana yang dimaksud menampilkan wujud bulan yang berona
kemerahan, sehingga ada yang menyebut gerhana bulan serigala.
Rupanya
fenomena alam tersebut dikaitkan dengan tanda akhir zaman dan peringatan dua
tahun dilantiknya Presiden Trump. Pendeta Paul Begley, dari Indiana, Amerika
Serikat, yang mengungkapkannya, seperti dikabarkan laman The Sun, dilansir dari Viva.
Konspirasi
Begley tentang gerhana Bulan dan Trump merujuk pada beberapa bagian dalam
Alkitab yang menyebutkan Bulan berubah merah, yaitu Yoel 2:31. Bunyinya:
"Matahari akan berubah menjadi kegelapan, dan Bulan menjadi darah, sebelum
hari Tuhan yang besar dan mengerikan datang."
Lantas apa
hubungannya dengan Trump? Dikatakan Begley, "Gerhana bulan total ini
langsung terjadi di atas Amerika Serikat pada peringatan tahun kedua
Trump menjabat sebagai presiden AS. Ini akan menjadi tanda nubuat tanpa diragukan lagi."
Referensi gerhana bulan
lainnya juga ditemukan dalam Kitab Wahyu yang menggambarkan Bulan menjadi
seperti merah darah, tepat sebelum akhir dunia.
Begley lantas berkata,
"Apakah ini pertanda? Ya, jelas ini merupakan pertanda akhir zaman dan
Amerika memainkan peran kunci di akhir zaman," Begley menekankan bahwa
gerhana bulan yang akan terjadi pada Januari 2019 itu akan menjadi momen
penting bagi sejarah AS dan dunia.
Namun, terlepas dari
ramalan tentang akhir dunia, menurut sains, gerhana bulan bukanlah sesuatu yang
perlu ditakuti. Gerhana itu merupakan fenomena alam yang mudah dijelaskan,
yaitu terjadi ketika bulan melintasi pusat bayangan Bumi.
Menurut ahli astronomi,
gerhana bulan total di 2019 hanya akan terjadi satu kali, sebelum muncul lagi
pada Mei 2021.
Sayangnya, kita yang di
Indonesia tak dapat menyaksikannya, karena bersamaan dengan waktu siang hari.
Seperti penjelasan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
Thomas Djamaluddin.
"Gerhana bulan total (blood moon)
terjadi 21 Januari 2019 pukul 10:34-13:51 WIB. Jadi tidak bisa diamati di
Indonesia," ungkapnya. (The Sun/Viva/A-K)
1 komentar