KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Bencana Alam Beruntun Menghampiri, Apakah Ada yang Salah dengan Negeri Ini?

Oleh : Khoirul Mullah

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.

Yang menjadi perbincangan kali ini yaitu di Indonesia Negara kita tercinta ini telah banyak mengalami bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi dan terlebih lagi tsunami.

Namun, mengapa bencana tersebut selalu datang secara beruntun di Negara ini.

Apakah karena bangsa ini telah berbuat banyak kesalahan terhadap alam ataukah alam memang sudah tidak mampu lagi untuk menahan semua beban yang ada di bumi.

Belum hilang kepedihan dan duka yang dialami terhadap bencana alam yang terjadi sebelumnya. Malah terjadi lagi bencana berikutnya yang lebih menyiksa batin karena kehilangan sanak saudara dan keluarga. Kehilangan mata pencaharian, tempat tinggal, dan segala yang dibutuhkan oleh bangsa ini.

Ada yang menafsirkan bahwa bencana yang terjadi hanyalah peristiwa alam biasa dan ada pula menyangkut pautkan bahwa bencana yang terjadi karena banyak kemaksiatan yang dilakukan manusia di muka bumi ini, sehingga bumi dan laut seakan-akan marah kepada umat manusia.

Beralih dari kisah pilu bencana yang terjadi. Telah kita ketahui bencana alam yang terjadi di negeri ini dimulai dari Tsunami 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam. Meletusnya Gunung Tambora (atau Tomboro) di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa tektonik 6.2 SR di Yogyakarta, 27 Mei 2006. Gempa di Lombok, Sigi dan Donggala serta banyak lagi bencana alam yang terjadi di Negara ini. Dan yang terbaru kali ini ialah Tsunami di Banten dan Lampung.

Dalam bencana yang melanda Banten dan Lampung. Berapa banyak korban yang berjatuhan baik dari kalangan anak-anak, orang dewasa, orang miskin, orang kaya maupun para alim ulama. Bencana tidak memandang siapa dan apa profesi seseorang, yang ada didaerah itu tentulah kemungkinan besar terkena bencana alam tersebut.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, jumlah korban tewas akibat tsunami di Banten dan Lampung hingga saat ini mencapai 222 orang. Selain itu, sebanyak 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang. Jumlah korban tewas tsunami di Banten dan Lampung meningkat dari sebelumnya diberitakan sebanyak 168 orang. Kerusakan material meliputi 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak. Korban dan kerusakan ini meliputi di empat kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, pada Minggu (23/12/2018) sore menyatakan, korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda terus bertambah. Tidak ada korban warga negara asing.

Dari contoh bencana yang terjadi diatas beberapa banyak yang telah menjadi korban, berapa besar kerugian yang dialami, berapa penderitaan yang dirasakan oleh bangsa ini.

Namun sadar atau tidak mengapa hal tersebut bisa terjadi tentunya ada peranan manusia didalamnya. Dalam pandangan Islam, Ada sebuah hadits Qudsi menyatakan bahwa “air laut setiap hari tiga kali meminta izin kepada allah swt untuk menghabiskan manusia. Tetapi Allah Swt mengatakan jangan dulu”.

Menurut dari hadits tersebut dapat dimaknai bahwa air laut kecewa kepada manusia, bahkan sangat kecewa. Ada orang yang datang ke dekat laut di pantai berbuat bermacam dosa dan maksiat, seolah-olah berani melawan.

Air laut memohon kepada allah untuk menghabiskan manusia, namun allah berkata jangan dulu. Karena ada diantara hambaku yang masih mau beristighfar.

Allah lepaskan dan kirimkan air laut untuk menghabiskan manusia. Tetapi tetap Allah masih bertahan jangan habiskan semuanya, biar sebagian jadi korban dan agar sebagian yang lain sadar dan bertaubat kepada Allah.

Maka dari itu, sebagai bangsa yang bermartabat dan sebagai umat manusia yang bijak. Mulailah dari sekarang kita tidak lagi melakukan hal-hal yang bisa merusak alam, yang bisa membuat alam menjadi tidak seimbang. Berbenah dirilah dan sadari bahwa alam perlu kasih  sayang dan perlakuan yang baik.

Selain itu, janganlah berbuat yang menjurus kepada perbuatan dosa dan maksiat agar alam tidak lagi benci kepada umat manusia. Perbanyak istighfar dan mengingat Allah bahwa semua ini adalah ciptaannya dan semua pasti kembali kepadanya.

*Mahasiswi IAIN Pontianak
0

Posting Komentar