Ilustrasi/Net |
Pastinya kita semua sudah tidak sabar lagi ikut serta dalam pemilu yang akan dilaksanakan pada 17 April 2019 mendatang. Pastinya kita semua menginginkan pemilu ini berjalan dengan aman dan damai serta terhindar dari perpecahan bangsa. Demi mewujudkan demokrasi kita sebagai anak muda harus aktif dalam mensukseskan pemilu 2019 ini, kemudian kita juga harus mengajak orang-orang untuk memberikan hak suara mereka di TPS karena salah satu masalah yang ada dalam pemilu adalah banyaknya orang-orang yang malas datang ke TPS dan memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya.
Masyarakat Indonesia memilih tidak menggunakan hak pilihnya antara lain. Pertama, karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemilihan tersebut. Pentingnya partisipasi dari masyarakat dalam suatu pemilihan akan membuat mereka sadar jika masa depan suatu Negara ditentukan dari pemilihan tersebut. Kedua, kurang mengenal sosok calon pemimpin sehingga mereka ragu untuk menentukan pilihan mereka. Para calon peserta harus lebih mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat seperti melakukuan pendekatan langsung agar mereka tahu siapa yang akan menjadi pemimpin atau wakil mereka. Ketiga, kecewa karena tidak ada perubahan yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya. Sebaiknya para calon tidak hanya mengeluarkan omong kosong saja atau janji palsu kepada masyarakat tetapi juga harus memberikan bukti dan menjalankan program yang telah mereka janjikan. Dan yang terakhir adalah tentang pemahaman pentingnya pemilu untuk mendapatkan kepengurusan pemerintahan yang baru.
Kita sebagai anak muda harus peduli dengan politik di Indonesia saat ini. Hal ini sangat penting dikarenakan anak muda adalah generasi penerus bangsa. Seperti yang dapat kita lihat politik di Indonesia masih belum berjalan dengan baik. Dengan itu, kita harus peduli dengan semua ini. Saat ini kondisi di Indonesia sanagtlah miris, banyak pemimpin yang hanya asik dengan kedudukannya dan melupakan janji-janjinya yang pernah mereka buat dan akhirnya hanya omong kosong saja. Kita juga hanya bisa melihat semua ini dan mereka juga lebih memntingkan pribadi mereka. Karena saat yang bersamaan juga masyarakat belum tercukupkan kebutuhannya. Rakyat Indonesia masih belum merasakan kinerja yang baik dari pemerintah dan membuat masyarakat membuat masyarakat memandang buruk politik Indonesia. Dengan itu, generasi muda seharusnya diperkenalkan dengan politik Indonesia yang lebih sesungguhnya agar dapat membangun politik yang jauh lebih baik kedepannya.
Maka dari itu, diperlukan aksi untuk memperbaiki system politik di Indonesia dimana adanya aksi ini diharapkan system politik di Indonesia dapat sejalan dengan tujuan bangsa dan negara ini. Akhir-akhir ini masalah politik di Indonesia semakin kompleks dan seakan rumit untuk mencari jalan keluarnya. Permaslaahan ini ditimbulkan oleh pemimpin yang mengaku diri mereka sebagai wakil rakyat yang membuat rakyat semakin tenggelam di permasalahan ini.
Salah satu yang identik dengan anak muda dalam mengkritisi jalannya politik di Indonesia adalah dengan sosialisasi dan demonstrasi. Dengan melakukan demonstrasi dan sosialisasi inilah anak muda berbicara tentang aspirasi mereka. Namun sangat disayangkan aksi ini kurang ditanggapi oleh masyarakat atau pemerintah itu sendiri. Hal ini menyebabkan timbulnya aksi anarkisme yang didasari tidak ditanggapinya aksi mereka tersebut.
Namun sesungguhnya, banyak aksi positif yang dapat kita lakukan, seperti berbicara di depan umum dengan membawa banner dan mempresentasikan secara singkat akan pemikiran mereka. Atau lebih simple lagi dengan media social, namun tidak sedikit oknum memanfaatkannya untuk propaganda. Maka, kita sebagai anak muda mungkin sulit untuk mengubah hal yang besar dan damapaknya tidak terlalu signifikan. Maka setidaknya mulailah dari hal yang kecil seperti bergerak di sebuah komunitas dan kita juga bisa memberikan masukan dan kritikan kepada social media pemerintah. Karena media social sedang lagi gencar-gencarnya. Kita sebagai anak muda harus aktif melakukan aksi demonstrasi dan hadir dalam diskusi publik untuk menanggapi kebijakan. Anak muda yang antusias akan lebih terbuka pemikirannya. Selain itu beberapa aksi melalui dunia maya menuai keberhasilan seperti suksesnya petisi online dalam menggalang suara atau kepedulian terhadap beberapa isu.
Sumber daya tersebut tak lain dan tak bukan adalah para pemuda. Pemuda adalah orang-orang yang berada pada kisaran usia produktif 18-35 tahun. Begitu pentingnya peran pemuda Bung Karno pernah berkata:’Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia’. Pemuda memiliki karakteristik khas yang akan memberikan kekuatan super dalam membantu jalannya pemilu. Pertama, pemuda memiliki sikap kritis. Sikap kritis ini akan sangat membantu deteksi dini dalam berbagai pelanggaran pemilu. Kedua, semangat yang membara. Pemuda tentu memiliki kondisi tubuh yang sehat dan bugar, semangat ini yang akan menjadi modal dasar untuk mampu bersinergi dengan Bawaslu dalm mengawasi proses pelaksanaan pemilu, sehingga tugas-tugas Bawaslu terlaksana dengan baik. Ketiga, idealis dan pemberani. Pemuda terkenal sebagai sosok pemberani, tidak kenal takut dengan siapapun bila masih koridor yang benar. Para pemuda tidak segan untuk mengajukan protes terhadap hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan seharusnya. Karakteristik ini sangat dibutuhkan Bawaslu yang akan sering bersinggungan dengan pertentangan di masyarakat ketika pelaksanaan pemilu.
Dalam menyalurkan aspirasinya di pemilu, pemuda menggunakan pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya. Pemuda cenderung kritis dalam menilai seorang yang akan mereka pilih, apa yang mereka pilih tentu lahir pertimbangan-pertimbangan baik dari sisi visi-misi calon. Oleh karena itu, apa yang dipilih oleh pemuda dalam pemilu berpotensi melahirkan pemimpin yang berkualitas. Tidak hanya sebagai pemilih, pemuda juga kini berani tampil dalam gelanggang politik. Tidak heran banyak figur muda hadir dan menghiasi pesta demokrasi. Mengingat pemuda terkadang hanya coba-coba dan bermodal semangat sehingga ketika berhasil mendapatkan jabatan politik, pemuda tidak terjebak dalam praktik-praktik korupsi. Setiap pemilu tentu ada kecurangan-kecurangan yang dapat merusak kualitas demokrasi. Oleh karena itu, setiap pemilu perlu diawasi, agar mengurangi pelanggaran dalam pemilu. Disinilah, pemuda dapat mengambil peran sebagai pemantau pemilu lewat lembaga-lembaga misalnya LSM atau NGO yang bertugas memantau pelaksanaan pemilu yang difasilitasi oleh pemerintah atau bekerjasama dengan Bawaslu.
*Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Tanjungpura Pontianak
Posting Komentar