Ilustrasi/Net |
Oleh: Dinawati*
Pemuda adalah generasi millennial yang peranan nya sangatlah besar untuk Negara baik dalam proses sosial maupun politik. Pemuda dituntut untuk mampu dalam segala hal, mampu berperan aktif sebagai subjek yang mampu mengubah objek dalam melakukan perubahan. Karena dulu nya pemuda di zaman perjuangan melawan penjajah, mampu membangkitkan semangat mempertahankan NKRI dan menyatukan semua komponen bangsa.
Lalu, mengapa sekarang tidak demikian? Tidakkah pemuda sekarang dapat bercermin dengan apa yang telah dilakukan oleh pemuda di zaman dulu. Kalau pemuda nya saja tidak mau berperan aktif dalam memperjuangkan ketahanan dan keutuhan NKRI dalam skala besar, lalu bagaimana bisa pemuda berperan aktif dalam penyuksesan penyelanggaraan pemilu yang dikategorikan dalam skala kecil bagi pemuda.
Jika peran pemuda sangat kurang dalam hal tersebut, maka pemilu pun tidak dapat berjalan dengan baik serta implementasi dari penyelenggaraan itu sendiri tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan sesuai dengan keinginan/hasrat pemerrintah itu sendiri, tidak hanya pemerintah, masyarakat bahkan yang paling mendapatkan dampak yang signifikan dari hasil proses tersebut itu tadi.
Kembali kepada pemudanya masing-masing lagi, jika pemuda nya saja tidak pandai membawa diri, tidak dapat membangun diri, maka bagaimana bisa mereka membangun Negara Indonesia, sedangkan dapat kita lihat pada pemuda zaman sekarang sangat jauh perbedaannya dengan pemuda di zaman dulu.
Pada hakikatnya, Negara Indonesia adalah Negara yang menganut sistem demokrasi yang dimana sudah kita tau semua nya berada di tangan rakyat, maka dari itu, segala kebijakan yang ada harus disesuaikan dengan keinginan rakyat, dan hasil dari proses tersebut juga harus kembali lagi untuk rakyat. Maka dari itu, peran masyarakat terutama pemuda memang sangat penting dalam mendukung dan menunjang suksesnya pemilu 2019 nanti. Karena tanpa suara pemuda, negeri ini tidak dapat bergema, tanpa peran pemuda kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sesuai dengan permintaan yang di sebutkan oleh pahlawan kita Ir. Soekarno. Karena satu pemuda lah yang nantinya lebih berpengaruh dimata dunia dan pemuda lah yang akan mengguncangkan dunia.
Sekarang generasi muda dituntut untuk menjadi agen pembangunan dan agen perubahan bukan malah terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan kepentingan bangsa dan Negara. Peran pemuda untuk menghalangi dampak negatif di era sekarang seperti informasi-informasi yang bersifat destruktif (merusak) mulai dari berita bohong (hoax), ujaran kebencian, pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme dan terorisme itu akan masuk dengan mudahnya ke jajaran generasi muda yang sangat sensitif apabila tidak dibendung dengan filter ilmu pengetahuan yang pemuda miliki serta kedewasaan dalam berbangsa dan bernegara. Maka dari itu, sangatlah penting peran pemuda, bukan hanya untuk saat ini, namun juga untuk kedepannya.
Bupati Bone, Sulawesi Selatan, Bolango Hamim Pou mengingatkan pentingnya peran generasi muda saat ini untuk menyukseskan tahapan pelaksanaan Pemilu, khususnya Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
"Peran dan partisipasi pemuda saat ini sangat penting, terutama untuk membendung upaya pemecah belah bangsa jelang hajatan pesta demokrasi atau pemilu tahun 2019," ujar Hamim saat menanggapi peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2018, seperti dilansir Antara, Selasa (30/10/2018).
Diperkirakan dalam setiap pemilu, 30 persen dari total jumlah pemilih adalah pemilih muda dengan usia 17 hingga 30 tahun. Demografi ini tentunya akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pemilu. Mereka harus menjadi pemilih yang cerdas, pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat yang sesuai dengan keinginan sendiri disertai alasan dan pertimbangan yang kuat dan matang. Semua ini demi tercapainya kesuksesan pemilu tanpa adanya golput ataupun sogok-menyogok sehingga melahirkan calon pemimpin yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Karena nantinya calon yang kuatlah yang akan menang melawan perang dan akhirnya terpilih.
Kontribusi pemuda dalam berperan aktif untuk menyongsong pesta demokrasi sehat dalam pemilu 2019 sangatlah diperlukan. Namun sayangnya, banyak pemuda saat ini yang acuh terhadap politik. Banyak anak muda yang terdogma bahwa politik cenderung berstigma buruk, terlebih banyaknya berita dari media yang menyebutkan banyaknya kasus penyelewengan wewenang oleh oknum-oknum politik. Padahal pemuda diharapkan turut andil untuk memperbaiki sistem pemerintahan di Indonesia bukan justru sebaliknya acuh dan tak mau tahu bahkan apatis.
Partisipasi pemuda dalam Pilkada Serentak 2019 adalah bentuk kepedulian anak muda dalam proses politik. Sehingga anak-anak muda diharapkan mempergunakan hak politiknya untuk memilih dan menentukan masa depan bangsa. Banyak pihak yang mengatakan bahwa tidak memilih (golput) merupakan sebuah pilihan. Ini adalah persepsi yang keliru. Banyak juga yang berpikir memilih golput karena menganggap semua calon sama saja ini juga keliru.
Saat ini ada banyak daerah di Indonesia yang mengalami kemajuan signifikan karena kepala daerahnya baik, hal ini karena ia dipilih oleh warganya. Jadi gunakan hak suaramu dengan baik jangan hanya menjadi penonton saja. Sebab, kalau kita ikut berpartisipasi dalam pemilihan pemilu maka kita sudah bertanggung jawab atas hak yang telah kita peroleh dan itu jauh lebih keren, dibandingkan hanya sekedar komentar-komentar yang tidak sepatutnya di media sosial bahkan cenderung saling menjatuhkan dan membuat tagar-tagar yang tidak di imbangi dengan perealisasian pemuda dengan ikut serta berpartisipasi dalam penyuksesan pelaksanaan pemilu, karena pada dasarnya suara pemuda lah yang sangat berpengaruh dalam pemilu tersebut.
Partisipasi masyarakat terutama terhadap pemuda sangat penting dan sangat berpengaruh dalam mencapai suatu keberhasilan pelaksanaan pemilu 2019 nanti, karena memang sudah dikatakan sebelumnya, suara pemuda lah yang lebih berpengaruh dan lebih di butuhkan, karena kita tahu sangat sulit bagi pemuda untuk ikut berpartisipasi dalam menyuarakan hak pilih nya karena mereka memiliki pemikiran yang apatis dan sudah berstigma buruk dalam menanggapi hal tersebut walaupun realitanya memang sebagian begitu tetapi tidak semuanya demikian.
Mereka memiliki persepsi bahwa setelah calon-calon itu menang, maka tidak semuanya menjalankan visi dan misi nya dengan baik, tidak menjalankan kewajiban dan wewenang nya dengan baik, tidak amanah dan tidak bertanggung jawab. Mereka berpikir hanya sedikit saja yang memang betul-betul menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya dan hanya sekian persen saja yang merealisasikan atau mewujudkan nya dengan kerja nyata, bukan hanya janji-janji semata. Itulah yang menyebabkan minimnya partisipasi pemuda dalam menyongsong suksesnya pelaksanaan pemilu.
Pemikiran seperti itu yang seharusnya di hilangkan dari pemikiran pemuda, karena tidak selamanya pejabat itu salah, bahkan bisa dikatakan pemuda nya yang salah karena enggan untuk ikut berpartisipasi, untuk mengangkat mereka ke tatanan pertama saja sudah sangat sulit karena tingkat apatis yang tinggi, perlu pendekatan yang berbeda untuk meyakinkan mereka bahwa partisipasi mereka justru sangat penting untuk memutus siklus buruk yang terjadi dalam kepemerintahan Indonesia saat ini. Karena jangan hanya menyalahkan pemerintah dengan memandang satu sudut pandang saja, tetapi lihat juga pemuda nya sudahkah ikut serta berpartisipasi berperan aktif dalam keberhasilan sistem pemerintahan Indonesia ini, jika belum lalu siapakah yang ingin di salahkan?
Kita harus bisa mengubah mindset pemuda, kita harus bisa membuka mata dan pemikiran kita, kita harus bisa mendapatkan solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan yang ada di Negara kita ini, mulailah dari sekelompok kecil, mulailah dari para pemuda nya dulu, karena Negara kita membutuhkan itu, kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan memulainya, karena seyogyanya kita sebagai pemuda adalah agen perubahan (agent of change) untuk bangsa dan Negara Indonesia.
Ketika kita berhasil mengubah persepsi mereka tentang pemerintah itu tadi, kita baru bisa masuk ke tahap kedua di mana mereka harus tahu betul siapa yang akan mereka pilih dan mengapa, harus disertai dengan alasan yang kuat dan akurat.
Harus mulai cari informasi sedini mungkin, karena sekarang banyak sekali informasi yang tersedia di sosial media dan kita harus lebih selektif dalam memfilter informasi mengenai pemilu dan seperangkat kebijakan nya tersebut. Jangan sampai pemuda Indonesia salah pilih dan jangan sampai mereka menyesal dan merasa di rugikan di kemudian hari dengan pilihannya tadi karena merasa pilihannya itu tidak sesuai dengan harapan dan keinginan mereka. Pastikan orang/partai yang dipilih memang sudah sejalan dengan apa yang mereka inginkan. Jangan sampai pemuda memilih orang/partai tanpa mengetahui informasi dengan jelas, hanya mengetahui berdasarkan dari iklan ataupun baliho yang pernah dilihat.
Anak muda harus benar-benar tahu apakah para kandidat ini kompeten atau tidak, pemuda harus yakin bahwa para calon tersebut dapat dipercaya atau tidak dengan apa yang sudah dijanjikan nya. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa hanya orang-orang terbaik lah yang akan menjadi wakil ataupun pemimpin mereka selama 5 tahun ke depan nanti. Adapun jalan lainnya yang paling baik untuk mengatasi krisis partisipasi adalah peningkatan inkremental dan bertahap seperti yang dilakukan Inggris pada abad ke-19. Cara demikian akan memberikan kesempatan dan waktu kepada institusi maupun kepada rakyat terutama pemuda untuk menyesuaikan diri, sehingga lambat laun mereka akan lebih paham mengenai hal selintas pemilu dan pikiran mereka akan lebih terbuka dan mengetahui akan pentingnya partisipasi mereka tersebut. Maka dari itu, sangat penting dan sangat berpengaruh peran aktif pemuda dalam ikut berpartisipasi mendukung dan menyongsong keberhasilan pemilu 2019 mendatang.
*Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Tanjungpura Pontianak
Posting Komentar