Ilustrasi/Net |
Oleh: Binsar Hamoraon Hasibuan
Ditahun
2019 Indonesia akan melakukan pesta demokrasi yaitu, pemilihan umum untuk calon
legislatif dan eksekutif negara yang akan menentukan bagaimana berjalannya
negara Indonesia selama 5 tahun ke depan. Tentu saja yang diharapkan adalah
Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin baru yang mampu membuat Indonesia semakin
berkembang dan diharapkan dapat menuntaskan segala bentuk kebutuhan dan
permasalahan di Indonesia. Jika kita berkaca dari pemerintahan sebelumnya masih
banyak hal yang perlu diperbaiki dan dievaluasi oleh pemimpin baru. Sudah
menjadi tanggung jawabnyalah untuk menjalankan roda pemerintahan yang baru dan
memperbaiki kekurangan pemerintahan sebelumnya. Pemilu di Indonesia sendiri
sudah dilaksanakan sejak tahun 1955 hingga sekarang. Pemuda sebagai salah satu
ujung tombak kemajuan bangsa diharapkan dapat berpartisipasi dipesta demokrasi
Indonesia ini, Karena ini menjadi salah satu tanggung jawab pemuda sebagai
genererasi penerus bangsa yang nantinya akan membangun bangsa Indonesia.
Dizaman
perjuangan pemuda dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai pemuda dengan baik,
mereka mampu mempertahankan dan membangkitkan semangat mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mengusir penjajah, serta mampu menyatukan
seluruh rakyat Indonesia yang berbeda suku, ras, dan agama dari Aceh hingga
Papua. Sekarang pemuda dituntut untuk menjadi agen pembangunan, bukan
terjerumus ke hal-hal yang merugikan kepentingan bangsa. Pemuda diharapkan
mampu menjadi inspirasi dan motivasi seluruh masyarakat untuk bersama-sama
dapat membangun bangsa Indonesia ini. Jika dulu ditangan pemudalah Indonesia
mampu bangkit dari keterpurukannya, maka pemuda jugalah yang diharapkan mampu
untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu bentuk apresiasi
dan tanggung jawab pemuda sebagai generasi penerus dan pembangun bangsa adalah
ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi rakyat Indonesia pemilihan umum 2019.
Dikutip
dari Kompas.com 13 september 2018,
Koordinator Nasional Election Watch, Nofaria Atma Rizki mengatakan pemilu 2019
yang diselenggarakan serentak akan menjadi hal yang baru dan rumit bagi
pemilih. Pada pemilu tahun depan, terdapat lima kertas yang harus dicoblos.
Kertas bergambar calom presiden dan wakil presiden, lalu bergambar anggota DPR,
DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Sementara pada pemilu-pemilu
sebelumnya, pemilih hanya mencoblos empat kertas. Lantaran hal yang baru, semua
pihak harus bahu-membahu menyukseskan Pemilu 2019. Salah satu yang dapat dilakukan
pemuda adalah mendorong masyarakat untuk tidak golput.
“Terkait
dengan sosialisasi, kalau kita sudah terdaftar, gunakan hak pilih kita, beri
tahu pemuda yang lain agar juga berpartisipasi dalam pemilu serentak,” Ujar
Nofaria di Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2018).
Pemuda
dapat membantu dengan mendorong masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dan
memberikan edukasi terhadap masyarakat berupa pendidikan politik kepada publik
bagaimana memilih calon. Selain itu ini juga merupakan tugas pemuda sebagai Agent
of Change, dimana tugas pemuda adalah membawa perubahan terhadap
bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa ajakan
terhadap masyarakat dan pemuda lain untuk tidak menjadi golongan putih dan ikut
menentukan nasib bangsa Indonesia selama 5 tahun yang akan datang. Selama ini
masih banyak pemuda yang seakan acuh terhadap Pemilu yang dilakukan di
Indonesia, alasannya karena pemuda tidak diberi kesempatan dan dianggap tidak
terlalu memberikan konstribusi oleh generasi tua yang mendominasi partisipasi
politik di Indonesia, padahal para pemuda merupakan elemen yang penting
terhadap pelaksanaan berjalannya suatu bangsa. Selain pemuda masih banyak
masyarakat yang memilih golput karena dianggap walaupun mereka memberikan suara
tidak ada perubahan yang dapat dilakukan oleh para pemimpin, dan juga hak pilih
merupakan sebuah hak bukan sebuah kewajiban jadi mereka bisa mengabaikan hak
tersebut. Maka peran pemuda sebagai agent of change telah terlihat jelas
dalam membangun Indonesia.
Integrasi
yang baru jelas sangat dibutuhkan dalam pemikiran para pemuda dalam cara mereka
memilih pemimpin yang baru. Pemimpin yang dipilih harus dilihat dari gerak
nyata pekerjaan yang dilakukannya bukan hanya dari janji-janji yang dibuat dan tidak
diimplementasikan dengan benar. Para calon pemimpin harus memiliki Integritas
dan kredibilitas, seberapa tinggi tingkat keduanya dapat dibuktikan dengan
perjalanan waktu dan seberapa luas masyarakat, khususnya pengikutnya,
menyaksikan dan memberikan opini mereka terhadapnya.
Dilansir dari Sindonews.com 28/12/12 Management
World, jurnal online dari The Institute of Certified Professional Managers
(ICPM), pernah menampilkan tulisan dari Karen Walker Phd dan Barbara Pagano
EdS, dua orang konsultan manajemen yang pernah melakukan survey terhadap 13.000
orang dari berbagai kalangan. Berdasarkan hasil survey mereka apa yang
diindikasikan bahwa pemimpin mereka memiliki integritas dan kredibilitas oleh
pengikutnya adalah jujur, menyadari akan kelebihan dan kekurangannya, memiliki
tingkat ketenangan yang tinggi, senantiasa berhubungan dengan pengikut,
memenuhi janji, mau memperbaiki kesalahan, menyampaikan berita buruk dengan
bijaksana,serta menghindari sikap merendahkan orang lain. Para pemuda dituntut
untuk menjadi lebih cerdas dalam memilih calon pemimpin, karena pemuda dianggap
sebagai generasi yang memiliki pemikiran kritis dalam pembangunan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Hal
yang perlu menjadi konsen dari pemuda selanjutnya adalah masalah kampanye hitam
atau yang sering disebut Black Campaign. Black Campaign biasanya
dilakukan di dunia maya atau internet, Black campaign dapat berupa
tindakan penghinaan, fitnah, bullying, hingga menyebarkan berita bohong, rumors
di berbagai media online seperti Twitter, Facebook, Tumblr, Chirpstory, Forum
seperti Kaskus, Instragram, hingga pembuatan Website siluman yang begitu mudah
dibuat secara gratis. Black campaign dapat dilakukan oleh perseorangan atau
kelompok dengan tujuan pembentukan opini, pencemaran nama baik dan rekayasa
karakter buruk calon kepala daerah melalui pemaparan data-data yang direkayasa
sehingga terlihat valid dan terpercaya, yang mana hal ini dapat mempengaruhi
persepsi publik terhadap suatu partai atau calon tertentu. Banyak sekali
masyarakat yang termakan akan berita bohong atau hoax yang tersebar di
dunia maya dengan langsung menerima berita tersebut sebagai suatu kebenaran dan
tidak melakukan penelusuran atau pencarian lebih lanjut mengenai informasi
bohong yang didapatkan. Dalam konteks ini pemuda terutama generasi milenial
yang sudah sangat akrab dengan teknologi agar dapat memilah berita yang secara
faktual memang benar dan membantu untuk menyebarkan berita benar tersebut serta
ikut dalam mengatasi masalah berita bohong ( hoaks ) dengan tidak ikut
menyebarkannya dan memberitahu kalau berita tersebut tidak benar adanya. Para
pemuda juga tidak boleh terjerumus kedalam kebohongan itu sendiri dan
terprovokasi oleh berita yang tidak benar tersebut, sehingga membuat pemuda
menjadi objek yang mudah diubah dan dikendalikan. Kita harus tahu bahwa pemuda
adalah subjek dari perubahan bukan merupakan objek yang mudah diubah.
Dalam
hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa, pemuda harus dapat melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai generasi pembangun bangsa Indonesia kedepannya. Kalau
dizaman perjuangan pemuda berhasil melaksanakan tanggung jawabnya dengan
mengusir penjajah sekarang pemuda harus menjadi agen perubahan untuk membangun
bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan berpartisipasi aktif dalam pemilu
Indonesia 2019. Pemuda harus dapat mengajak dirinya dan orang lain untuk ikut
aktif dalam pemilu dan tidak menjadi golongan putih, memilih pemimpin yang
memiliki integritas dan kredibilitas, serta membantu mengatasi permasalahan
kampanye hitam dimedia sosial. Mengutip dari kata kata soekarno ‘Beri aku 10
pemuda niscaya akan kuguncang dunia’, artinya disini pemuda merupakan kekuatan
terbersar yang bahkan dipercayai oleh presiden pertama republik Indonesia jadi
Sebagai pemuda kita harus menjadi subjek dari perubahan bukan menjadi objek
yang mudah diubah dan dikontrol.
*Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Fisip Untan
Posting Komentar