KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Pemuda Ujung Tombak Pemilu

Ilustrasi/Net
Oleh: Sopia Milawati*

Pemilihan Legislatif ( Pileg ) dan pemilihan Presiden ( Pilpres ) akan digelar serentak pada 17 April 2019 mendatang. Masyarakat Indonesia nantinya tidak hanya memilih Presiden dan Wakil Presiden tapi juga anggota Legislatif lainnya. Pada pesta demokrasi Pemilu pada tahun 2019 akan menjadi tahun pertama di Indonesia dimana Pileg dan Pilpres akan diberlangsungkan secara serentak setelah Indonesia mengalami reformasi pasca jatuhnya Presiden Soeharto.

Pemilu merupakan pesta demokrasi dan ini merupakan keistimewaan dari demokrasi. Dengan demokrasi, setiap warga yang telah cukup umur dan memenuhi persyaratan bisa memilih secara langsung siapa pemimpin dan perwakilannya di institusi resmi pemerintahan. Tentu saja ini tidak ada di negara monarki, karena sistem monarki hanya meneruskan dari pemimpin sebelumnya.

Keistimewaan demokrasi ini membuat siapa saja berpeluang untuk menjadi orang penting di Indonesia, dan tentu saja hal ini yang paling dinantikan baik oleh masyarakat ataupun orang-orang politik. Meski demikian, demokrasi juga melahirkan kebebasan bagi siapa saja untuk mengeluarkan pendapatnya, dari sinilah tak jarang membuat banyak persoalan baru. Dalam demokrasi setiap kubu pasti akan mencoba menjatuhkan rival tentu saja ini bertujuan untuk menaikkan posisi kubu sendiri.

Kembali ke Pemilu 2019 mendatang, ada banyak gejolak yang terjadi di Indonesia meskipun pemilu masih akan berlangsung beberapa bulan kedepan beberapa masyarkat khususnya yang ada di internet telah melakukan berbagai ‘serangan’ antar kubu. Ini pula yang menjadi buah demokrasi, karena melahirkan perbedaan dalam pandangan dan ini pun merupakan hal lumrah. Sayangnya, tak sedikit pihak-pihak yang ingin mencari kemengan dengan menghalalkan segala cara – tentu saja hal ini yang bisa merusak demokrasi itu sendiri.

Tak ada yang salah dengan berbeda pendapat, karena memang inilah sesungguhnya demokrasi.
Meskipun masyarakat sudah mengetahui hal tersebut, tetapi masih saja banyak oknum yang terprovokasi oleh kabar hoax, ujaran kebencian hingga menyenggol permasalahan SARA. Hal-hal sensitif seperti ini tentu saja tidak etis digunakan dalam pertarungan di Pemilu 2019 nanti, tetapi tampaknya hal sensitif ini dianggap sebagai peluang bagus untuk meraup suara sehingga para politisi tak sedikit yang menggunakan sentimen seperti hal ini.

Pemilu merupakan pesta demokrasi, dimana setiap warga negara yang sudah memenuhi syarat berhak memilih pemimpin dan wakilnya sangat disayangkan apabila sebuah pesta harus dirusak dengan berbagai hal buruk dan tensi tinggi. Semoga saja masyarakat Indonesia secara luas lebih bijak dalam menentukan pilihannya. Pilih pilihan yang sudah terpercaya, teruji dan tentunya memiliki tujuan untuk Indonesia yang lebih baik. Berbeda adalah hal biasa tapi jangan jadikan alasan perbedaan pendapat untuk menjatuhkan apalagi jadi alasan untuk bermusuhan karena bedanya pendapat tersebut.

Pemuda merupakan pilar penting kemajuan bangsa. Pemuda adalah garda depan penentu masa depan bangsa. Maju atau mundurnya suatu negara terletak di tangan pemuda. Pemuda hebat akan membawa kemajuan bangsa. Itulah mengapa, dalam hal apa pun mengenai hajat kehidupan manusia, pemuda selalu menjadi prioritas utama sebagai alat menuju pembangunan dalam mencapai kesejahteraan.

Pemuda adalah sosok yang tidak pernah bosan untuk diperbincangkan dalam berbagai tingkatan generasi. Bung Karno pernah berkata, “Berikan aku 10 pemuda, maka akan ku guncangkan dunia.”
Pernyataan di atas bukan merupakan sembarang pernyataan melainkan mengandung pesan tersirat tentang begitu besarnya pengaruh pemuda dalam membangun peradapan dunia. Pemuda merupakan calon pemimpin masa depan bangsa. Sebagaimana pepatah mengatakan: “Youth today is leader tomorrow.” Yang bermakna “pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan”. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam menentukan pemimpin pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem demokrasi. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintah yang diselenggaran dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sedangkan Indonesia sendiri menganut sistem demokrasi langsung yakni demokrasi yang secara langsung dalam melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan terhadap suatu negara. Dalam demokrasi langsung, rakyat secara langsung berpartisipasi dalam pemilihan umum dan menyampaikan kehendaknya.
Lalu apa kaitannya pemuda dengan politik? Bagaimana seharusnya peran pemuda dalam politik? Mengapa peran pemuda dalam berpolitik sangat penting? Dan sederet pertanyaan lainnya yang tiada habisnya bermunculan di benak. Partisipasi pemuda dalam politik sangatlah perlu terutama partisipasi pemuda dalam menyampaikan gagasannya di dalam pesta demokrasi.

Aspirasi pemuda yang bersifat konstruktif sangat diperlukan untuk kebaikan bangsa ini, terlebih pemuda adalah pemimpin masa depan. Maka sangatlah baik bila sejak dini pemuda lebih dekat dengan kiprah dunia politik melalui menyalurkan aspirasinya dalam pesta demokrasi.
Pemuda memiliki peran yang strategis dalam politik di bangsa ini. Pemuda adalah sosok yang selalu menjadi pusat perhatian karena semangat juangnya yang tinggi dalam membela negara. Pemuda adalah tulang punggung bangsa yang diharapkan mampu memperbaiki masa depan bangsa ini menjadi lebih baik. Pemuda memiliki peran sentral dalam mendobrak kebuntuan politik.

Kontribusi pemuda dalam menyongsong pesta demokrasi sehat dalam pilkada sangatlah diperlukan. Namun sayangnya, banyak pemuda saat ini yang acuh terhadap politik. Mereka terdogma bahwa politik cenderung berstigma buruk, terlebih banyaknya berita dari media yang menyebutkan banyaknya kasus penyelewengan wewenang oleh oknum-oknum politik.

Banyaknya media yang memberitakan terkait korupsi, penyelewengan wewenang, politik yang saling menjatuhkan, rekayasa hukum, dan manipulasi aspirasi masyarakat yang tak jarang menjadi faktor pemicu enggannya pemuda dalam berpolitik. 
  
Dengan kondisi yang demikian, pemuda diharapkan turut andil untuk memperbaiki sistem pemerintahan di Indonesia bukan justru sebaliknya acuh dan tak mau tahu. Kondisi politik yang tak lepas dari money game perlu dobrakan pemuda agar lebih baik dari periode ke periode berikutnya. Pemuda adalah leader of change yang membawa kontribusi besar untuk kebaikan bangsa ini. Sebagai bagian dari komponen bangsa, pemuda tidak dapat melepasdkan diri dan menghindar dari politik. Sebab hakekat manusia termasuk pemuda adalah zoon politicon atau mahluk politik. Pilkada sebagai pengajawantahan sistem demokrasi langsung memberikan ruang yang luas bagi rakyat khususnya pemuda untuk berpartisipasi untuk menentukan secara langsung pemimpinnya tanpa melalui perwakilan sebagaimana sistem pilkada tidak langsung.

Pemuda harus mengambil peran dalam proses ini. Dengan hanya berdiam diri, menjadikan kita pemuda yang apatis, pemuda yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan tidak akan pernah manjadikan kita pemuda yang kritis. Mengutip cuitan Soe Hok Gie "hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. tetapi aku memilih untuk mardeka". Begitulah seharusnya pemuda, mampu berdiri sendiri dalam posisi tawar, tidak mempunyai kepentingan dan menguntungkan diri sendiri. Tetapi tetap jeli dan kritis pada politik.

Sebagai kelompok yang memiliki idealisme yang tinggi, pemuda mempunyai posisi yang kuat, posisi yang tidak mudah digoyahkan, posisi yang independen dan mardeka. Sebagai pemuda yang peduli akan tanah kelahiran, sudah semestinya pemuda tidak lagi menjadi penonton yang baik yang siap menerima setiap keputusan yang ada. Seolah-olah tidak peduli dengan siapapun yang akan memimpin,  bagaimana program kerjanya dan bagaimana pula dengan janji politik yang telah dijanjikannya sewaktu kampanye.

Pemuda hendaknya mempunyai rasa tanggung jawab atas siapapun pemimpin yang akan terpilih nantinya. Baik dan buruknya pilihan kita, itu tergantung pada pemilih itu sendiri. Apakah kita benar-benar telah memilih pemimpin yang sesuai keinginan rakyat atau hanya sekedar menjadi pengamat yang baik yang tidak ingin menceburkan dirinya kedalam lumpur kotor yang berpasir dan berkerikil, serta merasa tidak mau tahu menahu dan merasa tidak mempunyai berkepentingan akan hal ini.

Apabila pemuda tidak berperan, akan sangat mudah bagi para pemimpin terpilih untuk mendikte serta membuat kebijakan, yang bisa jadi hanya menguntungkan diri pribadi mereka sendiri tanpa berpihak kepada rakyat. Apakah pemimpin seperti ini yang kita inginkan ?. Penulis berharap tidak. Jangan sampai posisi yang  amat strategis dipemerintahan ini selalu dijadikan lahan basah, demi untuk meraup keuntungan pribadi semata.

Oleh sebab itu, sebagai pemuda yang tidak berdiri di bawah bendera manapun dan tidak berkostum  merah, biru, kuning maupun hijau. hendaknya kita dapat mengawal setiap proses Pilkada yang akan berlangsung dalam beberapa bulan kedepan. Minimal dengan mencari tahu  serta mengetahui rekam jejak calon pemimpin yang akan memimpin kita nantinya.  demi kemajuan tanah kelahiran, pemuda yang kritis sangat diperlukan.

*Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Tanjungpura Pontianak
0

Posting Komentar