Ilustrasi/Net |
Kata mahasiswa selalu dikaitkan dengan pemuda yang berpikiran cerdas, kritis dan sensitif terhadap suatu hal yang terjadi bahkan peran mahasiswa juga dibutuhkan dalam penegakan kepentingan nasional. Mahasiswa juga dipandang sebagai simbol keberanian. Berani dalam mengutarakan pendapat, terlebih lagi di negara demokrasi dimana setiap pendapat dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan visi dan misi negara Indonesia ini.
Apakah pengaruh mahasiswa terhadap negara ? seberapa pentingkah mahasiswa dalam kepentingan nasional ? Kita dapat melihat cerminan masa lampau pada tahum 1998 disaat mahasiswa bersatu menyuarakan pendapat yang berkenaan dengan apa yang dibutuhkan negara kepada pemimpin Indonesia pada saat itu yaitu Soeharto dan keputusan akhir yang diambil oleh Soeharto adalah mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Dari kasus itu dapat kita simpulkan bahwa peran mahasiswa terhadap negara sangat besar.
Untuk menghindari masalah serupa, diperlukan pemahaman tentang pemilihan pemimpin yang bijak agar terwujudnya negara yang sejahtera dan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi negara Indonesia yang demokratis ini.
Hal yang sedang hangat diperbincangkan saat ini ialah pergantian presiden pada pemilu (pemilihan umum) tahun 2019. Terlihat jelas bahwa dalam kasus ini terdapat pro dan kontra akan adanya pernyataan tersebut. Melihat dari sudut pandang mahasiswa, mahasiswa harus bisa menilai calon presiden dan wakilnya melalui apa yang dapat mereka berikan terhadap kemajuan bangsa melalui visi dan misi calon wakil rakyat tersebut. Pola pikir mahsiswa yang kritis juga dapat menentukan apa yang sedang dibutuhkan bangsa Indonesia untuk merealisasikan kedaulatan rakyat melalui pemilu dengan prisip jujur dan adil (jurdil) serta langsung, umum, bebas dan rahasia (luber).
Tolak ukur utama dalam diselenggarakannya pemilu sungguh beragam. Masyarakat masing-masing mengutarakan pilihannya lah yang terbaik, entah dari mana sudut pandang itu berasal. Calon wakil rakyat pun saling berkompetisi untuk mendapatkan simpati rakyat dalam memperoleh kekuasaan politik yang sah. Salah satu yang menjadi tolak ukur yang menjadi masalah ialah memilih wakil rakyat dengan melihat dari sisi biografinya seperi darimana ia berasal? berdiri dari naungan agama manakah ia? Pertanyaan-pertanyaan serupa ini lah yang sering menjadi permasalahan dalam pemilihan wakil rakyat.
Sesungguhnya hal tersebut tidak bisa menjadi alasan utama rakyat memilih wakilnya, menurut meraka memilih wakil rakyat yang sesuai berdasarkan daerah yang sama atau ras dan agama yang sama akan berdampak positif bagi kepentingan daerahnya maupun ras dan agama tanpa mereka sadari wakil rakyat akan meratakan visi dan misi mereka kepada setiap rakyat Indonesia itu sendiri.
Meskipun rakyat bebas memilih dan mungkin wakil rakyat akan memajukan daerahnya terlebih dahulu, pemilihan wakil rakyat yang baik dapat didasari melalui misi yang akan dilaksanakan agar terwujudnya visi yang dinantikan. Dalam hal ini mahasiswa harus mampu menyikapi perbedaan antar sesama manusia.
Tidak samapai disitu saja permasalahan yang timbul sebelum pemilu dimulai. Hal lain yang biasa dihubungkan dengan pemuda dan pemilu adalah golongan putih (tidak memberikan hak suara kepada calon-calon wakil rakyat) atau biasa di sebut dengan golput. Golput sendiri adalah istilah yang berawal dari gerakan protes dari para mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pelaksanaan pemilu 1971 yang merupakan pemilu pertama di era Orde Baru. Pada tahun tersebut golput dilakukan untuk formalitas mengikuti pemilu denagn alasan utama ialah penolakan terhadap pemimpin Indonesia.namun, pada saat ini praktik golput sangat melekat pada pemuda yang malas untuk mengutarakan pendapat dan tidak dapat berpikir kritis dalam menyambut pesta demokrasi, padahal ada banyak pilihan kepentingan nasional yang dapat dipertimbangkan dalam visi dan misi wakil rakyat. Dampak yang sering bermunculan setelah golput ialah mereka yang golput tetap mengktitik kinerja dari para wakil rakyat meskipun mereka tidak memberikan hak suara.
Untuk mewujudkan negara yang makmur diperlukan juga partisipasi masyarakat. Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini tingginya tingkat partisipasi menunjukan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu. Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan memiliki kadar keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Maka dari itu, pembatasan yang di masa lalu sering diberlakukan, seperti pembayaran pajak pemilihan (yang di Amerika Serikat pada masa itu merupakan suatu tindakan efektif untuk membatasi partisipasi orang kulit hitam), atau pemilihan hanya oleh kaum pria saja.
Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditasfirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. Lagi pula, dikhawatirkan bahwa jika berbagai pendapat dalam masyarakat tidak dikemukakan, pimpinan negara akan kurang tanggap terhadap kebutuhab dan aspirasi masyarakat, dan cenderung melayani kepentingan beberapa kelompok saja. Pada umumnya partisipasi yang rendah dianggap menunjukkan legitimasi yang rendah pula. Maka dari itu kita sebagai rakyat Indonesia perlu ikut serta dalam menyuarakan pendapat kita dalam memilih wakil rakyat yang sesuai.
Menentukan siapa yang akan menjadi wakil rakyat merupakan hal yang wajib untuk dicermati. Beberapa hal yang harus mahasiswa cermati antara lain ialah visi misi yang disampaikan oleh wakil rakyat, karena visi dan misi merupakan gambaran perlakuan wakil rakyat terhadap rakyatnya. Untuk memilih wakil rakyat, pilihlah yang mempunyai kesamaan denganmu, khususnya dalam visi dan misi. Misalnya kita sebagai mahasiswa yang berkecimpung di dunia pendidikan, maka pilihlah pemimpin yang memiliki visi dan misi dalam bidang pendidikan pula, serta pilihalah pemimpin yang aktif dalam segala kegiatan yang dipaparkan oleh visi misinya. Melihat pesta demokrasi yang semakin dekat, semakin marak pula pedebatan antara kubu-kubu capres dan wakilnya. Joko Widodo dan Prabowo Subianto adalah dua orang yang akan menjadi wakil rakyat. Betapa banyak kita jumpai antar kubu tersebut.
Visi dan misi kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Di pihak pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, mereka mengusung visi terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong. Sementara, misi pasangan calon yang diusung oleh sembilan partai politik itu terdapat sembilan poin. Pertama, meningkatan kualitas manusia Indonesia. Sedangkan kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 mengusung visi mewujudkan kemandirian rakyat atas martabat, politik, budaya dan ekonomi. Dari hal ini kita dapat menentukan pilihan kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Yang paling penting dalam pemilihan umun wakil rakyat untuk tahun 2019 nanti ialah masyarakat bahkan mahasiswa dapat mempertimbangkan segala langkah untuk memilih pemimpin pilihannya dengan cara yang teliti agar negara ini mendapatkan yang seharusnya didapatkan.
Kesejahteraan masyarakat kemajuan perekonomian negara serta banyak lagi tujuan yang harus dicapai. Dengarkanlah apa yang mereka sampaikan dan cermatilah pergerakan yang mereka tunjukan sesuai dengan visi dan misi yang telah disampaikan.tetap fokus pada tujuan yang sesuai dengan fenomena buruk yang terjadi negara Indonesia tanpa harus menilai wakil rakyat dari latar belakang asal daerah, ras maupun agama. Dalam konteks pemilihan umum 2019 yang bersih juga diperlukan orang-orang yang jujur dalam memilih, tidak menerima adanya sogokan atau hal sejenis.
*Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Tanjungpura Pontianak
Posting Komentar