KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V
Bookmark

Dulu Merdeka atau Mati, Sekarang Bungkam atau Perubahan Negeri

Ilustrasi/Net
Oleh: Yayang Musnanda*

Kalimat dari presiden pertama kita bapak Ir. Soekarno sudah cukup mendefenisikan bagaimana pemuda memiliki peran yang sangat penting.Siapa yang tidak pernah mendengar untaian kata yang berbunyi “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya.Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pemuda sebagai agent of change, sejatinya merupakan sebuah tonggak pembaharuan untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Pemuda dengan pemikirannya yang kritis dan memiliki ide-ide yang kreatif akan mampu memunculkan kembali gerakan-gerakan alernatif. Hal ini telah terlihat jelas dengan banyaknya gerakan-gerakan kepemudaan yang muncul seperti, Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda, gerakan memperjuangkan kemerdekaan hingga Proklamasi RI dan gerakan Reformasi 98. Gerakan-gerakan ini, merupakan bukti nyata betapa pemuda sangat berperan aktif untuk membawa bangsa menuju kejayaan.

Pemuda dengan segala potensinya, merupakan aset bangsa yang sangat berharga, karena sejatinya peran pemuda selalu dibutuhkan disemua aspek kehidupan, tak terkecuali saat pesta demokrasi. INGAT teman-teman pesta demokrasi di Indonesia akan kembali berlangsung pada tahun 2019. Pemikiran kritis, kreatif dengan cita rasa idealisme dapat menjadi bumbu yang dapat digunakan sebagai alarm untuk mengawal praktik demokrasi ditengah masyaraka saat ini.Sekitar 75% atau sekitar 14 juta orang adalah generasi muda yang nantinya menjadi golongan yang sangat menunjang berhasilnya kelangsungan pesta demokrasi ini. Tapi ironisnya, sebagian pemuda saat ini seakan tuli,seakan buta,seakan bisu menghadapi persoalan yang menyangkut keranah politik. Bagaimana tidak? Mindset mereka tentang politik telah sangat negatif, apalagi ditambah dengan pengaruh peran media yang selalu menyajikan praktik-praktik politik dalam negeri yang penuh intrik dan kesan negatif.

Bukan hanya pemuda banyak orang yang diatas mereka juga mengganggap bahwa keikutsertaan mereka tidak membawa dampak untuk kehidupan mendatang. Entah apa yang membuat pola pikir masyarakat kita seperti ini. Apakah mereka lelah mendengar ucapan manis para pemimpin nereri ini?. Apakah mereka jenuh akan tindakakan-tindakan pemimpin negeri ini? Apakah mereka lesu dengan asupan-asupan politik pemimpin negeri ini?. Hanya kita yang dapat mengetahui, hanya kita yang dapat berasumsi.

Hal inilah, yang menyebabkan pemuda menjauh dan menarik diri dari ranah politik. Jangan sampai kita yang berfikiran bahwa suara kita tak berguna, pendapat kita tak bernutu, janga sampai pernah terlintas hal demikian. Mari kita renungkan, bahwa kita generasi muda adalah tombak suatu bangsa, kita adalah senjata suatu bangsa, kita adalah bom suatu bangsa, jangan sampai presepsi itu kita tunjukan dengan dengan cara yang seakan- akan menjadi bumerang bagi negeri kita. Jangan kau beranggapan bahwa kau tombak, kau lukai saudaramu sendiri, jangan kau beranggapan kau senjata, kau lukai sedarahmu sendiri. Jangan kau beranggapan kau bom, kau hancurkan kesatuan negeri ini. Namun jadikanlah dirimu tombak, jadikan dirimu senjata, dan jadikan dirimu sebagai bom untuk kau tombak pemikiran apatis, kau tembak perbuatan keji dan kau bom persatuan seisi negeri dengan kesatuan NKRI . Kita berfikir acuh terhadap perkembangan negeri ini kita memilih menjadi golongan putih, kita memilih untuk bungkam. Namun dalam lubuk hati kecil pernahkah terlintas akan apa jadinya jika negeri ini tidak melakukan perubahan, apa jadinya jika kita terus menerus diam membiarkan orang diluar sana yang sangat apik dalam memanipulasi kekuasaan terus melakukan permainanya.

Pilihan ada ditangan kita, mau bersikap apatis dengan membiarkan penguasa yang semakin ganas akan kekuasaan atau memilih ikut serta dalam perubahan bangsa ini. Konstribusi kita para pemuda dalam menyongsong pesta demokrasi yang sehat, aman, damai sangatlah dibutuhkan.

Peran kita sebagai generasi muda bukan hanya melawan tantangan diri sendiri namun juga berfikir berdampak pada yang lainnya. Tugas kita sebagai generasi muda bukan hanya ikut serta dalam pemilihan umum ini namun kita juga mengemban tanggung jawab untuk menyadarkan kepada masyarakat diluar sana para orang-orang tua yang kian acuh dengan perkembangan bangsa, kita ubah pola pikir mereka yang menganggap berperan menyuarakan pendapat tak ada artinya, kita tunjukan bahwa suara kita memang dibutuhkan, suara kita memang menjadi penentu wajah pemerintahan di masa akan datang. Dengan tindakan berawal dari diri sendiri, lalu mengajak saudara sedarah, sejiwa, setanah air ini untuk bersama-sama menunjukan bahwa pemuda memang benar-benar ada, pemuda memang bena-benar dapat diandalkan. Kita perangi hal-hal yang dapat mengancam kesatuan negeri ini. Bung Karno pernah menyampaikan bahwa “ PERJUANGANKU  MUDAH KARENA MELAWAN PENJAJAH, TAPI PERJUANGAN KALIAN LEBIH SULIT KARENA MELAWAN BANGSA SENDIRI”.

Kita tahu bahwa sekarang zaman dimana semua serba canggih serba tegnologi namun kecanggihan tersebut juga berdampak begitu besar pada kesatuan negeri ini. Kenapa tidak, kita tahu bahwa sekarang memang sering adanya adu domba yang terjadi dalam media sosial, kubu ini mejelek-jelekan kubu yang lain.

Bahkan kadang adanya berita yang simpang siur,berita yang tidak diketahui kebenarannya tersebar luas,dan kita telan mentah-mentah sehingga menimbulkan pro dan kontra yang menyebabkan perpecahan antara dua pihak bahkan lebih. Nah ini juga menjadi tantangan bagi generasi muda untuk melawan kasus yang memang sangat gencar terjadi pada era Milenia saat ini. Jangan sampai pemuda yang tadinya akan berperan aktif, pemuda yang mejadi agen perubahan bangsa malah terjerumus dalam kekacauan melawan bangsanya sendiri. Orang tua menganggap bahwa generasi muda yang nantinya akan menjadi pempimpin bangsa malah hancur dilawan bangsanya sendiri. Seharusnya kita sadar bahwa mengingat sejarah itu penting, menanamkan rasa nasionalisme itu penting. Jangan sampai kita yang tidak ikut serta dalam melakukan perubahan negeri ini kita yang tidak peduli dengan negeri ini tapi kita malah menghancurkan negeri ini. “SUDAH TIDAK MEMBERIKAN KESATUAN TAPI TOLONGLAH TIDAK UNTUK MELAKUKAN PERPECAHAN”.

Jangan berfikir apa yang nantinya negeri ini berikan padamu, tapi fikirkan apa yang akan kau berikan pada negerimu. Kau lahir ditanah INDONESIA kau tinggal ditanah INDONESIA dan kau mati di tanah INDONESIA, namun apa yang telah kau abdikan pada INDONESIA.

Kita benar-benar sangat dibutuhkan sebagai pengawal dan penyeimbang untuk mewujudkan demokrasi dalam bingkai yang jujur dan terbuka. Terlebih lagi, pemuda dikenal dengan agen perubahan, seharusnya kita harus bisa ikut andil secara menyeluruh, baik itu sebagai penyelenggara, pengawas maupun peserta dalam alur demokrasi terkhusus pemilihan umum yang akan dilaksanakan. Dengan peran aktif pemuda yang terlibat dalam kesuksesan pesta demokrasi, diharapkan dapat mendorong praktik demokrasi kembali kejalan yang semestinya. Maka bagi para pemuda, sudah saatnya untuk kita maju dan terjun untuk melakukan perubahan bagi bangsa ini secara aktif dan kondusif, jangan lagi hanya sebagai penonton atau figuran di panggung politik negeri ini. Pemilu bukan hanya sebuah hak tapi sebuah kewajiban yang dilakukan untuk adanya perubahan. Memang tidak ada pemimpin yang benar-benar dapat menyelesaikan semua janji,semua masalah yang ada dinegeri ini. Namun jangan hanya berkomentar tapi tanpa adanya kontribusi langsung. Jangan terus menerus menyalahkan pemerintah jika adanya kekuasaan yang menyimpang dinegeri ini, tapi tanyakanlah pada diri kita apa yang telah kita lakukan untuk negeri ini, duduk diam dan hanya sebatas berkomentar ataukah sudah ikut andil dalam perubahan?

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemuda untuk mengaktualisasika dirinya diranah demokrasi, seperti: mengadakan forum kajian/diskusi politik kritis berbasis masyarakat dan lintas sektoral, menawarkan sebuah gagasan, tulisan analisis komprehensif terhadap persoalan di tengah masyarakat, membuka ruang komunikasi-diskusi antarpemangku kebijakan dengan elemen pemuda, dan lain sebagainya, serta memanfaatkan media massa/sosial media sebagai alat bantu untuk membentuk dan mendorong budaya politik yang sehat dan terbuka.

Mari para pemuda Indonesia, jangan anti terhadap politik karena nasib bangsa ini berada ditangan para pemudanya. Pemuda sebagai agen perubahan, dapat memberikan warna baru untuk perpolitikan di Indonesia. Kalau bukan kita siapa lagi? Bukankah pemuda hari ini adalah pemimpin dimasa depan?

Mari kita sukseskan pemilu 2019, kita isi jalannya pemilu kita yang akan datang dengan hal positif, jangan lagi mengatas namakan AGAMA,  SUKU,  RAS, DAN BUDAYA demi kepentingan politik indonesia, mari mulai galakan sosialisasi pada masyarakat apakah kita harus terus-menerus diam atau melakukan perubahan. Karena suara kita saat ini menentukan wajah pemerintahan 5 tahun kedepan apakah bangsa ini berada dalam ambang KEHANCURAN  atau  KESATUAN.

*Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Tanjungpura Pontianak
0

Posting Komentar