Ilustrasi/Net |
Zaman now merupakan istilah trending dan viral belakangan ini menurut riset online istilah ini sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan keanehan perilaku anak-anak zaman sekarang, serampangan dan nyeleneh di luar kebiasaan sebagaimana seharusnya.
Perkembangan teknologi yang kian pesat tanpa dibentengi kecakapan pedagogik memengaruhi tindak-tanduk anak-anak di dalam berinteraksi, hal ini mengakibatkan ketidakwajaran pada karakter mereka. Terutama pada penggunaan media massa berbasis sosial atau lebih dipahami sebagai media sosial semacam facebook, twitter, whatsapp, instagram, BBM, dan semisalnya.
Media sosial disingkat medsos merupakan media yang memudahkan penggunanya berkomunikasi jarak jauh tanpa kenal batas. Kini orang tak lagi memerlukan pasport untuk bertatap wajah sanak keluarga di luar negeri cukup menggunakan medsos berbasis video call atau panggilan video. Adanya fitur panggilan video yang tersedia di berbagai medsos, wajah mereka terpampang jelas dilayar android smartfone.
Zaman dulu selalu dipahami sebagai masa tua berkepayahan, sekadar untuk mengetahui kabar sanak saudara atau mungkin kekasihnya membutuhkan burung merpati pengantar surat. Menurut pengamatan penulis dalam membayangkan burung merpati tersebut, rasanya kini tidak ada lagi merpati yang sehebat merpati silam, pasalnya merpati pun susah ditemui dan kalaupun ada sekadar binatang peliharaan yang mengotori genteng rumah, memakan jemuran padi, dan liar ketika dihampiri. Barangkali merpati pun ikut arus perkembangan masa yang bertransisi menolak perbudakan oleh manusia terhadap mereka.
Peralihan waktu pun terjadi, dari merpati upaya pengantaran surat kemudian mengalami perubahan menjadi kantor pos yang dikuriri oleh manusia. Paling tidak manusia tak lagi memperbudak merpati dan merpati lebih fokus mencari makan untuk dirinya dan untuk anak-anaknya.
Pendek sejarah, menilik teknologi zaman now tak segila kids zaman now, hanya saja anak-anak penikmat medsos tersebut salah mempergunakan medsos. Sejatinya tak hanya kawula anak-anak, bahkan kalangan remaja, dewasa hingga tua tak bisa lepas dari medsos zaman now.
Demam medsos menjadi virus tersendiri bagi semua kalangan, aktivitas apa pun sepertinya senantiasa diselingi dengan bermain medsos guna eksplore diri lewat postingan-postingan. Walaupun, pada dasarnya postingan tersebut sekadar untuk berpamer ria dan tidak ada manfaat yang berarti.
Postingan yang tertera di beranda medsos pengguna tentu berdampak positif dan negatif. Positif bisa jadi pengaruhnya terhadap pembaca yang kemudian bisa mengambil motivasi atau pelajaran, lalu negatif yang pengaruhnya membuat pembaca merasa benci karena unsur sara atau hal berkaitan lainnya.
Menyebar unsur positif tentu diharapkan dalam hal ini, berbagai informasi yang valid, media dakwah bagi kalangan agamis dan sebagainya. Sementara negatif pasti akan mengakibatkan kerugian diri sendiri bahkan kita bisa dipidana dan masuk ke dalam jeruji besi, kasus Florence Sihombing di pertamina beberapa tahun silam tentu masih tersimpan dalam ingata kita, akibat kemarahannya yang diluapkan dimedia sosial masyarakat Jogja pun berang. Akhirnya ia pun dijatuhkan pidana dengan hukuman 2 bulan penjara (liputan6.com).
Tak berhenti disitu saja, sering kali sebagai penikmat medsos penulis menemukan postingan warganet yang memuat masalah pribadi, suami isteri atau pasangan anak muda tanpa ikatan pernikahan. Selain muatan yang tak layak karena menyebar aib sendiri juga cenderung menampakkan sifat asli sipemosting. Belum lagi komentar-komentar yang cenderung memanaskan suasana seperti penghinaan.
Sepatutnya medsos jangan jadikan dinding ratapan untuk meluapkan semua kekesalan dalam hidup. Apalagi hal-hal yang berhubungan dengan privasi yang seharusnya disembunyikan dan dipecahkan dengan kepala dingin. Tidak mengherankan jika kasus pelakor, pencabulan, penipuan dan segala macam tindak kejahatan terjadi di medsos.
Psikolog di San Diego State University, Jean Twenge, menurut pengamatannya medsos rupanya mengisolir remaja dan menjadi andalannya sebagai teman. Sehingga remaja jarang bersosialisi langsung, ini mengakibatkan krisis kepercayaan diri (Malline.id).
Demikian pula dengan postingan yang beredar di beranda medsos, kadangkala pengguna medsos asyik memperhatikan seluruh postingan yang ada. Postingan prestasi dari orang lain misalnya, hal ini sebetulnya berpengaruh pula terhadap kepercayaan diri. Bagi mereka yang mempunyai sifat mudah terbawa perasaan akan menanggapi ini dengan rasa kurang percaya diri atau sering diistilahkan dengan minder diri. Terlalu membandingkan diri dengan orang lain sementara diri sendiri tidak mampu sebagaimana orang lain tersebut lakukan.
Menurut sudut pandang agamis, medsos adalah pedang bermata dua. Artinya disatu sisi memiliki pengaruh positif sedangkan dilain sisi mempunyai pengaruh negatif. Kedua sisi inilah yang disebut sebagai kedua mata pedang tersebut.
Dengan demikian, sebagai pemakai medsos yang baik kita dituntut untuk bijak terhadap penggunaan medsos itu sendiri. Adapun prinsip untuk memunculkan karakter bijak dalam bermedsos dapat kita cermati dari ungkapan ustadz Ahmad Zainuddin Al-Banjary pada kajian Islam ilmiah 23 Februari 2018 lalu, di masjid Raya Mujahidin, Pontianak Kalbar. Diantaranya:
Ambil Manfaat Tinggalkan Mudharat
Menyaring konten berbau sara sudah sepatutnya ditinggalkan, sementara konten berisi informasi yang sudah jelas kebenarannya atau konten berisi nasehat-nasehat yang berkesinambungan dengan ilmu sebaiknya kita kembali sebarkan untuk memperoleh manfaat dari Tuhan juga dari manusia.
Berusahalah untuk menjauhi perkara yang dapat menjerumuskan kepada kemudharatan. Sabda Rasulullah “diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976)
Manajemen Lisan
Asal hukum bicara adalah diam kecuali dalam hal kebaikan, karena dengan diamnya seseorang akan lebih menjaga ia dari perkataan yang buruk. Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Seseorang tersandung karena lidahnya dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya, tersandung mulutnya akan menambah pening kepalanya sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”
Ini menunjukkan pentingnya menjaga lisan, meskipun pada dasarnya medsos bukan diaplikasikan dengan lisan secara langsung, tapi bukankah tulisan yang kita posting merupakan bagian dari lisan, komentar-komentar berisi cibiran yang tertera semua orang dapat membacanya. Manajemen lisan dari perkataan-perkataan bukuk dan arahkanlah pada kebaikan.
Tidak Menyebar Aib dan Konten Porno
Jelas ini menyalahi etika dalam bermedsos, aib yang tersebar akan menuai permusuhan diantara penyebar dan penerima aib.
“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak” Sabda nabi tersebut memerintahkan kepada kita untuk tidak menyebarluaskan aib apalagi aib saudara sendiri, hal ini justru memutuskan tali silaturahmi.
Begitu juga dengan konten porno, itu sangat buruk sekali. Memosting porno merupakn perbuatan dosa, semakin banyak orang melihatnya akan semakin banyak dosa yang kita terima.
Mari bijak dalam bermedsos, sepantasnya tak semua yang dialami kita posting, pertimbangkan dengan baik sebelumnya agar kita tidak terjatuh dalam tindak pidana dan ujung-ujungnya masuk terungku (bui). Semakin banyak hal bermanfaat yang disebar di medsos, semakin banyak pula kita menebar kebaikan dengan orang lain.
Sejatinya orang yang paling baik adalah yang banyak menebar manfaat kepada orang lain dan berupayalah untuk tidak menjadi dzalim terhadap orang lain bahkan diri kita sendiri disebabkan kita kurang bijak dalam menggunakan dan menanggapi medsos.
Posting Komentar